yo
cn to the blue (thats right)
to the sky high
get em high
yes we better go
chagapge deo chagapge mareul haebwa
nal tteonal su itdago
geu mareun Mis Mis Oh Mistake
Everybody got it LA LA LA LA
Tik Tik Tok Tok nunmuri tteoreojyeo
Digi Digi Bob Bob to the Sound
yurijogakcheoreom buseojin
uri duri, break it now
haneuri eotgallyeo noheun sarangira geuraenni
geu mareul mideul sun eobseo
Tell me why why why, neoman wonhago itjanha
No bye bye bye geureon seulpeun mareun hajima
I can try try try dasi doraondamyeon
You know I want get get get your love
Love Love Love Everybody
Clap Clap Clap I want you back to me
kkumeseorado ne soneul japdeon
geu ttaero doragago sipeunde
Love Love Love Everybody
Clap Clap Clap I want you back to me
kkumeseorado doraondamyeon
sesangeul da gajin geot gateultende
Oh oh naega wonhaneun geon
I wanna go back hamkkehaetdeon geu ttaero
oneuldo Miss miss missing you
Everybody got it LA LA LA LA
Tik Tik Tok Tok bitmuri tteoreojyeo
Digi Digi Bob Bob to the sound
gaseumi jjijeojineun apeume
uri duri Break it now
haruman dan haruman saranghal su itgireul
ireoke aewonhajanha
Hold me cry cry cry nae moksori andeullini
Oh Hi Hi Hi maeil neoman chatgo inneunde
Tell me lie lie lie dasi doraondago
You say I want get get get your love
Love Love Love Everybody
Clap Clap Clap I want you back to me
kkumeseorado ne soneul japdeon
geu ttaero doragago sipeunde
Love Love Love Everybody
Clap Clap Clap I want you back to me
kkumeseorado doraondamyeon
sesangeul da gajin geot gateultende
Yeah! we make you high
I'm ready for this
CN BLUE
Microphone check
Wa~ah~wah~ah~a-one two
ajikdo neol bureumyeon dallyeool geot gateunde
ibyeoreul mideul sun eobseo
Tell me why why why neoman wonhago itjaha
No Bye bye bye geureon seulpeun mareun hajima
I can try try try dasi doraondamyeon
You know I want get get get your love
Hold me cry cry cry nae moksori andeullini
nuneul gamado gwireul magado
nega boigo ne moksoriga deullineunde
Tell me lie lie lie dasi doraondago
You say I want get get get your love
Love Love Love Everybody
Clap Clap Clap I want you back to me
kkumeseorado ne soneul japdeon
geu ttaero doragago sipeunde
Love Love Love Everybody
Clap Clap Clap I want you back to me
dan 1chorado hamkkehandamyeon
sesangeul da gajin geot gateultende
Love Love Love
Minggu, 19 Juni 2011
Sabtu, 18 Juni 2011
Menahan Amarah
bismi-lLah wa-lhamdu li-lLah wa-shshalatu wa-ssalamu ‘ala rasuli-lLah wa ‘ala alihi wa ashhabihi wa ma-wwalah, amma ba’d, assalamu ‘alaikum wa rahmatu-lLahi wa barakatuH,
“… dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS 3: 134)
Saudaraku, ayat di atas menerangkan 3 tingkatan para wali:
Pertama, menahan amarahnya terhadap orang lain. Terkadang masih tersimpan dendam untuk membalas orang yang berbuat kesalahan terhadapnya.
Kedua, memaafkan kesalahan orang lain. Mengampuni kesalahan orang itu, tidak mencelanya, dan tidak ada dendam untuk membalas kejahatan orang itu.
Ketiga, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Memaafkan kesalahan orang itu, tidak ada dendam, mendoakan orang tersebut dan berbuat kebaikan.
Suatu hari, Khalifah Harun ar Rasyid sedang menjamu para undangan penting, di antaranya para menteri, gubernur, dan panglima perangnya. Tiba-tiba seorang budak yang bertugas membawa minuman menumpahkan kendi, dan basahlah baju sang khalifah. Dengan muka yang memerah sang khalifah menatap pelayan tersebut.
Pelayan yang cerdik itu berkata, “Wahai amirul mukminin, bukankah Allah berfirman, …dan orang-orang yang menahan amarahnya”.
Khalifah menjawab, “Aku telah menahan amarahku”.
Pelayan itu berkata lagi,”..dan mema`afkan (kesalahan) orang”.
Khalifah menjawab, “Aku telah mema’afkan kamu”.
Pelayan itu berkata lagi, “..dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.
Sang khalifah pun berkata, “Sekarang, aku memerdekakanmu karena Allah”.
***
“… dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS 3: 134)
Saudaraku, ayat di atas menerangkan 3 tingkatan para wali:
Pertama, menahan amarahnya terhadap orang lain. Terkadang masih tersimpan dendam untuk membalas orang yang berbuat kesalahan terhadapnya.
Kedua, memaafkan kesalahan orang lain. Mengampuni kesalahan orang itu, tidak mencelanya, dan tidak ada dendam untuk membalas kejahatan orang itu.
Ketiga, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Memaafkan kesalahan orang itu, tidak ada dendam, mendoakan orang tersebut dan berbuat kebaikan.
Suatu hari, Khalifah Harun ar Rasyid sedang menjamu para undangan penting, di antaranya para menteri, gubernur, dan panglima perangnya. Tiba-tiba seorang budak yang bertugas membawa minuman menumpahkan kendi, dan basahlah baju sang khalifah. Dengan muka yang memerah sang khalifah menatap pelayan tersebut.
Pelayan yang cerdik itu berkata, “Wahai amirul mukminin, bukankah Allah berfirman, …dan orang-orang yang menahan amarahnya”.
Khalifah menjawab, “Aku telah menahan amarahku”.
Pelayan itu berkata lagi,”..dan mema`afkan (kesalahan) orang”.
Khalifah menjawab, “Aku telah mema’afkan kamu”.
Pelayan itu berkata lagi, “..dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.
Sang khalifah pun berkata, “Sekarang, aku memerdekakanmu karena Allah”.
***
Ayah
Untuk Ayah yg Luar Biasa...
Ayah ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada
dirinya,menghadapi lebih sedikit kesulitan, lebih tidak tergantung
pada siapapun - dan (tapi) selalu membutuhkan kehadirannya.
Ayah hanya menyuruhmu mengerjakan pekerjaan yang kamu sukai.
Ayah membiarkan kamu menang dalam permainan ketika kamu masih kecil,
tapi dia tidak ingin kamu membiarkannya menang ketika kamu sudah besar.
Ayah tidak ada di album foto keluarga, karena dia yang selalu memotret.
Ayah selalu tepat janji!
Dia akan memegang janjinya untuk membantu seorang teman, meskipun
ajakanmu untuk pergi memancing sebenarnya lebih menyenangkan.
Ayah akan tetap memasang kereta api listrik mainanmu selama
bertahun-tahun, meskipun kamu telah bosan, karena ia tetap ingin kamu
main kereta api itu.
Ayah selalu sedikit sedih ketika melihat anak-anaknya pergi bermain
dengan teman-teman mereka karena dia sadar itu adalah akhir masa kecil
mereka.
Ayah mulai merencanakan hidupmu ketika tahu bahwa ibumu hamil
(mengandungmu) , tapi begitu kamu lahir, ia mulai membuat revisi.
Ayah membantu membuat impianmu jadi kenyataan bahkan diapun bisa
meyakinkanmu untuk melakukan hal-hal yang mustahil, seperti mengapung
di atas air setelah ia melepaskanya.
Ayah mungkin tidak tahu jawaban segala sesuatu, tapi ia membantu kamu
mencarinya.
Ayah mungkin tampak galak di matamu, tetapi di mata teman-temanmu dia
tampak lucu dan menyayangi.
Ayah sulit menghadapi rambutnya yang mulai menipis....jadi dia
menyalahkan tukang cukurnya menggunting terlalu banyak di puncak
kepala *_~
Ayah akan selalu memelihara janggut lebatnya, meski telah memutih,
agar kau bisa "melihat" para malaikat bergelantungan di sana dan agar
kau selalu bisa mengenalinya.
Ayah selalu senang membantumu menyelesaikan PR, kecuali PR matematika
terbaru.
Ayah lambat mendapat teman, tapi dia bersahabat seumur hidup
Ayah benar-benar senang membantu seseorang... tapi ia sukar meminta
bantuan.
Ayah terlalu lama menunda untuk membawa mobil ke bengkel, karena ia
merasa dapat memperbaiki sendiri segalanya.
Ayah di dapur. Membuat memasak seperti penjelajahan ilmiah.
Dia punya rumus-rumus dan formula racikannya sendiri, dan hanya dia
sendiri yang mengerti bagaimana menyelesaikan persamaan-persamaan
rumit itu.
Dan hasilnya?... .mmmmhhh..." tidak terlalu mengecewakan" ^_~
Ayah akan sesumbar, bahwa dirinyalah satu- satunya dalam keluarga yang
dapat memasak tumis kangkung rasa barbecue grill. *_~
Ayah mungkin tidak pernah menyentuh sapu ketika masih muda, tapi ia
bisa belajar dengan cepat.
Ayah sangat senang kalau seluruh keluarga berkumpul untuk makan
malam...walaupun harus makan dalam remangnya lilin karena lampu mati.
Ayah paling tahu bagaimana mendorong ayunan cukup tinggi untuk
membuatmu senang tapi tidak takut.
Ayah akan memberimu tempat duduk terbaik dengan mengangkatmu
dibahunya, ketika pawai lewat.
Ayah tidak akan memanjakanmu ketika kamu sakit, tapi ia tidak akan
tidur semalaman. Siapa tahu kamu membutuhkannya.
Ayah menganggap orang itu harus berdiri sendiri, jadi dia tidak mau
memberitahumu apa yang harus kamu lakukan, tapi ia akan menyatakan
rasa tidak setujunya.
Ayah percaya orang harus tepat waktu. karena itu dia selalu lebih awal
menunggumu di depan rumah dengan sepeda tuanya, untuk mengantarkanmu
di hari pertama masuk sekolah
AYAH ITU MURAH HATI.....
Ia akan melupakan apa yang ia inginkan, agar bisa memberikan apa yang
kamu butuhkan.... .
Ia membiarkan orang-orangan sawahmu memakai sweater kesayangannya. ....
Ia membelikanmu lollipop merk baru yang kamu inginkan, dan ia akan
menghabiskannya kalau kamu tidak suka.....
Ia menghentikan apa saja yang sedang dikerjakannya, kalau kamu ingin
bicara...
Ia selalu berfikir dan bekerja keras untuk membayar spp mu tiap
semester, meskipun kamu tidak pernah membantunya menghitung berapa
banyak kerutan di dahinya....
Bahkan dia akan senang hati mendengarkan nasehatmu untuk menghentikan
kebiasaan merokoknya.. ..
Ayah mengangkat beban berat dari bahumu dengan merengkuhkan tangannya
disekeliling beban itu....
Ayah akan berkata ,, tanyakan saja pada ibumu"
Ketika ia ingin berkata ,,tidak"
Ayah tidak pernah marah, tetapi mukanya akan sangat merah padam ketika
anak gadisnya menginap di rumah teman tanpa izin
Dan diapun hampir tidak pernah marah, kecuali ketika anak lelakinya
kepergok menghisap rokok dikamar mandi.
Ayah mengatakan ,, tidak apa-apa mengambil sedikit resiko asal kamu
sanggup kehilangan apa yang kamu harapkan"
Pujian terbaik bagi seorang ayah adalah ketika dia melihatmu melakukan
sesuatu persis seperti caranya....
Ayah lebih bangga pada prestasimu, daripada prestasinya sendiri....
Ayah hanya akan menyalamimu ketika pertama kali kamu pergi merantau
meningalkan rumah, karena kalau dia sampai memeluk mungkin ia tidak
akan pernah bisa melepaskannya.
Ayah mengira seratus adalah tip..
Seribu adalah uang saku..
Gaji pertamamu terlalu besar untuknya...
Ayah tidak suka meneteskan air mata ....
ketika kamu lahir dan dia mendengar kamu menangis untuk pertama
kalinya,dia sangat senang sampai-sampai keluar air dari matanya
(ssst..tapi sekali lagi ini bukan menangis)
ketika kamu masih kecil, ia bisa memelukmu untuk mengusir rasa
takutmu...ketika kau mimpi akan dibunuh monster...
tapi.....ternyata dia bisa menangis dan tidak bisa tidur sepanjang
malam, ketika anak gadis kesayangannya di rantau tak memberi kabar
selama hampir satu bulan.
Kalau tidak salah ayah pernah berkata :" kalau kau ingin mendapatkan
pedang yang tajam dan berkwalitas tinggi, janganlah mencarinya dipasar
apalagi tukang loak, tapi datang dan pesanlah langsung dari pandai
besinya. begitupun dengan cinta dan teman dalam hidupmu,jika kau ingin
mendaptkan cinta sejatimu kelak, maka minta dan pesanlah pada Yang
Menciptakannya"
Untuk masa depan anak lelakinya Ayah berpesan: ,,jadilah lebih kuat
dan tegar daripadaku, pilihlah ibu untuk anak-anakmu kelak wanita yang
lebih baik dari ibumu, berikan yang lebih baik untuk menantu dan
cucu-cucuku, daripada apa yang yang telah ku beri padamu"
Dan Untuk masa depan anak gadisnya ayah berpesan :" jangan cengeng
meski kau seorang wanita, jadilah selalu bidadari kecilku dan bidadari
terbaik untuk ayah anak-anakmu kelak! laki-laki yang lebih bisa
melindungimu melebihi perlindungan Ayah, tapi jangan pernah kau
gantikan posisi Ayah di hatimu"
Ayah bersikeras,bahwa anak-anakmu kelak harus bersikap lebih baik
daripada kamu dulu....
Ayah bisa membuatmu percaya diri...
karena ia percaya padamu...
Ayah tidak mencoba menjadi yang terbaik, tapi dia hanya mencoba
melakukan yang terbaik....
Dan terpenting adalah...
Ayah tidak pernah menghalangimu untuk mencintai Alloh, bahkan dia akan
membentangkan seribu jalan agar kau dapat menggapai cintaNya, karena
diapun mencintaimu karena cintaNya.
Jazakallah bil jannah untuk setiap peluh yang kau teteskan, untuk
setiap kerut dahimu yang tak sempat kuhitung, untuk setiap jaga
sepanjang malam ketika aku sakit dan ketika kau merindukanku, untuk
tumis kangkung paling lezat sedunia, untuk tempat duduk terbaik di
bahumu yang begitu kekar ketika aku ingin melihat pawai, untuk tetes
"air mata laki-laki "yang begitu mahal ketika kau khawatirkan aku,
untuk kepercayaanmu padaku, meski seringkali ku hianati.
Tak akan pernah bisa terbalas segalanya, kecuali dengan
.......jazakallah bil jannah, " semoga Allah mengganti semuanya
dengan syurga, semoga bisa kubayar dengan syurga yang Alloh beri,
semoga...... .."
Sumber neilhoja.blogspot.com
Ayah ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada
dirinya,menghadapi lebih sedikit kesulitan, lebih tidak tergantung
pada siapapun - dan (tapi) selalu membutuhkan kehadirannya.
Ayah hanya menyuruhmu mengerjakan pekerjaan yang kamu sukai.
Ayah membiarkan kamu menang dalam permainan ketika kamu masih kecil,
tapi dia tidak ingin kamu membiarkannya menang ketika kamu sudah besar.
Ayah tidak ada di album foto keluarga, karena dia yang selalu memotret.
Ayah selalu tepat janji!
Dia akan memegang janjinya untuk membantu seorang teman, meskipun
ajakanmu untuk pergi memancing sebenarnya lebih menyenangkan.
Ayah akan tetap memasang kereta api listrik mainanmu selama
bertahun-tahun, meskipun kamu telah bosan, karena ia tetap ingin kamu
main kereta api itu.
Ayah selalu sedikit sedih ketika melihat anak-anaknya pergi bermain
dengan teman-teman mereka karena dia sadar itu adalah akhir masa kecil
mereka.
Ayah mulai merencanakan hidupmu ketika tahu bahwa ibumu hamil
(mengandungmu) , tapi begitu kamu lahir, ia mulai membuat revisi.
Ayah membantu membuat impianmu jadi kenyataan bahkan diapun bisa
meyakinkanmu untuk melakukan hal-hal yang mustahil, seperti mengapung
di atas air setelah ia melepaskanya.
Ayah mungkin tidak tahu jawaban segala sesuatu, tapi ia membantu kamu
mencarinya.
Ayah mungkin tampak galak di matamu, tetapi di mata teman-temanmu dia
tampak lucu dan menyayangi.
Ayah sulit menghadapi rambutnya yang mulai menipis....jadi dia
menyalahkan tukang cukurnya menggunting terlalu banyak di puncak
kepala *_~
Ayah akan selalu memelihara janggut lebatnya, meski telah memutih,
agar kau bisa "melihat" para malaikat bergelantungan di sana dan agar
kau selalu bisa mengenalinya.
Ayah selalu senang membantumu menyelesaikan PR, kecuali PR matematika
terbaru.
Ayah lambat mendapat teman, tapi dia bersahabat seumur hidup
Ayah benar-benar senang membantu seseorang... tapi ia sukar meminta
bantuan.
Ayah terlalu lama menunda untuk membawa mobil ke bengkel, karena ia
merasa dapat memperbaiki sendiri segalanya.
Ayah di dapur. Membuat memasak seperti penjelajahan ilmiah.
Dia punya rumus-rumus dan formula racikannya sendiri, dan hanya dia
sendiri yang mengerti bagaimana menyelesaikan persamaan-persamaan
rumit itu.
Dan hasilnya?... .mmmmhhh..." tidak terlalu mengecewakan" ^_~
Ayah akan sesumbar, bahwa dirinyalah satu- satunya dalam keluarga yang
dapat memasak tumis kangkung rasa barbecue grill. *_~
Ayah mungkin tidak pernah menyentuh sapu ketika masih muda, tapi ia
bisa belajar dengan cepat.
Ayah sangat senang kalau seluruh keluarga berkumpul untuk makan
malam...walaupun harus makan dalam remangnya lilin karena lampu mati.
Ayah paling tahu bagaimana mendorong ayunan cukup tinggi untuk
membuatmu senang tapi tidak takut.
Ayah akan memberimu tempat duduk terbaik dengan mengangkatmu
dibahunya, ketika pawai lewat.
Ayah tidak akan memanjakanmu ketika kamu sakit, tapi ia tidak akan
tidur semalaman. Siapa tahu kamu membutuhkannya.
Ayah menganggap orang itu harus berdiri sendiri, jadi dia tidak mau
memberitahumu apa yang harus kamu lakukan, tapi ia akan menyatakan
rasa tidak setujunya.
Ayah percaya orang harus tepat waktu. karena itu dia selalu lebih awal
menunggumu di depan rumah dengan sepeda tuanya, untuk mengantarkanmu
di hari pertama masuk sekolah
AYAH ITU MURAH HATI.....
Ia akan melupakan apa yang ia inginkan, agar bisa memberikan apa yang
kamu butuhkan.... .
Ia membiarkan orang-orangan sawahmu memakai sweater kesayangannya. ....
Ia membelikanmu lollipop merk baru yang kamu inginkan, dan ia akan
menghabiskannya kalau kamu tidak suka.....
Ia menghentikan apa saja yang sedang dikerjakannya, kalau kamu ingin
bicara...
Ia selalu berfikir dan bekerja keras untuk membayar spp mu tiap
semester, meskipun kamu tidak pernah membantunya menghitung berapa
banyak kerutan di dahinya....
Bahkan dia akan senang hati mendengarkan nasehatmu untuk menghentikan
kebiasaan merokoknya.. ..
Ayah mengangkat beban berat dari bahumu dengan merengkuhkan tangannya
disekeliling beban itu....
Ayah akan berkata ,, tanyakan saja pada ibumu"
Ketika ia ingin berkata ,,tidak"
Ayah tidak pernah marah, tetapi mukanya akan sangat merah padam ketika
anak gadisnya menginap di rumah teman tanpa izin
Dan diapun hampir tidak pernah marah, kecuali ketika anak lelakinya
kepergok menghisap rokok dikamar mandi.
Ayah mengatakan ,, tidak apa-apa mengambil sedikit resiko asal kamu
sanggup kehilangan apa yang kamu harapkan"
Pujian terbaik bagi seorang ayah adalah ketika dia melihatmu melakukan
sesuatu persis seperti caranya....
Ayah lebih bangga pada prestasimu, daripada prestasinya sendiri....
Ayah hanya akan menyalamimu ketika pertama kali kamu pergi merantau
meningalkan rumah, karena kalau dia sampai memeluk mungkin ia tidak
akan pernah bisa melepaskannya.
Ayah mengira seratus adalah tip..
Seribu adalah uang saku..
Gaji pertamamu terlalu besar untuknya...
Ayah tidak suka meneteskan air mata ....
ketika kamu lahir dan dia mendengar kamu menangis untuk pertama
kalinya,dia sangat senang sampai-sampai keluar air dari matanya
(ssst..tapi sekali lagi ini bukan menangis)
ketika kamu masih kecil, ia bisa memelukmu untuk mengusir rasa
takutmu...ketika kau mimpi akan dibunuh monster...
tapi.....ternyata dia bisa menangis dan tidak bisa tidur sepanjang
malam, ketika anak gadis kesayangannya di rantau tak memberi kabar
selama hampir satu bulan.
Kalau tidak salah ayah pernah berkata :" kalau kau ingin mendapatkan
pedang yang tajam dan berkwalitas tinggi, janganlah mencarinya dipasar
apalagi tukang loak, tapi datang dan pesanlah langsung dari pandai
besinya. begitupun dengan cinta dan teman dalam hidupmu,jika kau ingin
mendaptkan cinta sejatimu kelak, maka minta dan pesanlah pada Yang
Menciptakannya"
Untuk masa depan anak lelakinya Ayah berpesan: ,,jadilah lebih kuat
dan tegar daripadaku, pilihlah ibu untuk anak-anakmu kelak wanita yang
lebih baik dari ibumu, berikan yang lebih baik untuk menantu dan
cucu-cucuku, daripada apa yang yang telah ku beri padamu"
Dan Untuk masa depan anak gadisnya ayah berpesan :" jangan cengeng
meski kau seorang wanita, jadilah selalu bidadari kecilku dan bidadari
terbaik untuk ayah anak-anakmu kelak! laki-laki yang lebih bisa
melindungimu melebihi perlindungan Ayah, tapi jangan pernah kau
gantikan posisi Ayah di hatimu"
Ayah bersikeras,bahwa anak-anakmu kelak harus bersikap lebih baik
daripada kamu dulu....
Ayah bisa membuatmu percaya diri...
karena ia percaya padamu...
Ayah tidak mencoba menjadi yang terbaik, tapi dia hanya mencoba
melakukan yang terbaik....
Dan terpenting adalah...
Ayah tidak pernah menghalangimu untuk mencintai Alloh, bahkan dia akan
membentangkan seribu jalan agar kau dapat menggapai cintaNya, karena
diapun mencintaimu karena cintaNya.
Jazakallah bil jannah untuk setiap peluh yang kau teteskan, untuk
setiap kerut dahimu yang tak sempat kuhitung, untuk setiap jaga
sepanjang malam ketika aku sakit dan ketika kau merindukanku, untuk
tumis kangkung paling lezat sedunia, untuk tempat duduk terbaik di
bahumu yang begitu kekar ketika aku ingin melihat pawai, untuk tetes
"air mata laki-laki "yang begitu mahal ketika kau khawatirkan aku,
untuk kepercayaanmu padaku, meski seringkali ku hianati.
Tak akan pernah bisa terbalas segalanya, kecuali dengan
.......jazakallah bil jannah, " semoga Allah mengganti semuanya
dengan syurga, semoga bisa kubayar dengan syurga yang Alloh beri,
semoga...... .."
Sumber neilhoja.blogspot.com
Rabu, 15 Juni 2011
Peran Guru Kelas dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
1. Hakikat Bimbingan dan Konsling di SD
M. Surya (1988:12) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian atau layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Bimbingan ialah penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya (Oemar Hamalik, 2000:193).
Bimbingan adalah suatu proses yang terus-menerus untuk membantu perkembangan individu dalam rangka mengembangkan kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat (Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1990:11).
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik sebuah inti sari bahwa bimbingan dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikan dirinya (self realization).
Konseling adalah proses pemberian yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien (Prayitno, 1997:106).
Konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada seseorang supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan pada diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang (Mungin Eddy Wibowo, 1986:39).
Dari pengertin tersebut, dapat penulis sampaikan ciri-ciri pokok konseling, yaitu:
(1) adanya bantuan dari seorang ahli,
(2) proses pemberian bantuan dilakukan dengan wawancara konseling,
(3) bantuan diberikan kepada individu yang mengalami masalah agar memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri dalam mengatasi masalah guna memperbaiki tingkah lakunya di masa yang akan datang.
2. Perlunya Bimbingan dan Konseling di SD
Jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang melatarbelangi perlunya bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosio kultural dan aspek psikologis. Secara umum, latar belakang perlunya bimbingan berhubungan erat dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu: meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut sudah barang tentu perlu mengintegrasikan seluruh komponen yang ada dalam pendidikan, salah satunya komponen bimbingan.
Bila dicermati dari sudut sosio kultural, yang melatar belakangi perlunya proses bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sehingga berdampak disetiap dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju lapangan pekerjaan relatif menetap.
Menurut Tim MKDK IKIP Semarang (1990:5-9) ada lima hal yang melatarbelakangi perlunya layanan bimbingan di sekolah yakni:
(1) masalah perkembangan individu,
(2) masalah perbedaan individual,
(3) masalah kebutuhan individu,
(4) masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku, dan
(5) masalah belajar
3. Fungsi Bimbingan dan Konseling di SD
Sugiyo dkk (1987:14) menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan dan konseling, yaitu:
a. Fungsi penyaluran ( distributif )
Fungsi penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam membantu menyalurkan siswa-siswa dalam memilih program-program pendidikan yang ada di sekolah, memilih jurusan sekolah, memilih jenis sekolah sambungan ataupun lapangan kerja yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita dan ciri- ciri kepribadiannya. Di samping itu fungsi ini meliputi pula bantuan untuk memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah antara lain membantu menempatkan anak dalam kelompok belajar, dan lain-lain.
b. Fungsi penyesuaian ( adjustif )
Fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam berbagai teknik bimbingan khususnya dalam teknik konseling, siswa dibantu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dan kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga membantu siswa dalam usaha mengembangkan dirinya secara optimal.
c. Fungsi adaptasi ( adaptif )
Fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf sekolah khususnya guru dalam mengadaptasikan program pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi ini pembimbing menyampaikan data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan kemampuan serta kesulitan-kesulitan siswa kepada guru. Dengan data ini guru berusaha untuk merencanakan pengalaman belajar bagi para siswanya. Sehingga para siswa memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita, kebutuhan dan minat (Sugiyo, 1987:14)
4. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling di SD
Prinsip merupakan paduan hasil kegiatan teoretik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan (Prayitno, 1997:219). Berikut ini prinsip-prinsip bimbingan konseling yang diramu dari sejumlah sumber, sebagai berikut:
a. Sikap dan tingkah laku seseorang sebagai pencerminan dari segala kejiwaannya adakah unik dan khas. Keunikan ini memberikan ciri atau merupakan aspek kepribadian seseorang. Prinsip bimbingan adalah memperhatikan keunikan, sikap dan tingkah laku seseorang, dalam memberikan layanan perlu menggunakan cara-cara yang sesuai atau tepat.
b. Tiap individu mempunyai perbedaan serta mempunyai berbagai kebutuhan. Oleh karenanya dalam memberikan bimbingan agar dapat efektif perlu memilih teknik-teknik yang sesuai dengan perbedaan dan berbagai kebutuhan individu.
c. Bimbingan pada prinsipnya diarahkan pada suatu bantuan yang pada akhirnya orang yang dibantu mampu menghadapi dan mengatasi kesulitannya sendiri.
d. Dalam suatu proses bimbingan orang yang dibimbing harus aktif , mempunyai bayak inisiatif. Sehingga proses bimbingan pada prinsipnya berpusat pada orang yang dibimbing.
e. Prinsip referal atau pelimpahan dalam bimbingan perlu dilakukan. Ini terjadi apabila ternyata masalah yang timbul tidak dapat diselesaikan oleh sekolah (petugas bimbingan). Untuk menangani masalah tersebut perlu diserahkan kepada petugas atau lembaga lain yang lebih ahli.
f. Pada tahap awal dalam bimbingan pada prinsipnya dimulai dengan kegiatan identifikasi kebutuhan dan kesulitan-kesulitan yang dialami individu yang dibimbing.
g. Proses bimbingan pada prinsipnya dilaksanakan secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan yang dibimbing serta kondisi lingkungan masyarakatnya.
h. Program bimbingan dan konseling di sekolah harus sejalan dengan program pendidikan pada sekolah yang bersangkutan. Hal ini merupakan keharusan karena usaha bimbingan mempunyai peran untuk memperlancar jalannya proses pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan.
i. Dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah hendaklah dipimpin oleh seorang petugas yang benar-benar memiliki keahlian dalam bidang bimbingan. Di samping itu ia mempunyai kesanggupan bekerja sama dengan petugas-petugas lain yang terlibat.
j. Program bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya senantiasa diadakan penilaian secara teratur. Maksud penilaian ini untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan program bimbingan. Prinsip ini sebagai tahap evaluasi dalam layanan bimbingan konseling nampaknya masih sering dilupakan. Padahal sebenarnya tahap evaluasi sangat penting artinya, di samping untuk menilai tingkat keberhasilan juga untuk menyempurnakan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling (Prayitno, 1997:219).
5. Kegiatan BK dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
Berdasakan Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan Konseling (2004) dinyatakan bahwakerangka kerja layanan BK dikembangkan dalam suatu program BK yang dijabarkan dalam 4 (empat) kegiatan utama, yakni:
a. Layanan dasar bimbingan
Layanan dasar bimbingan adalah bimbingan yang bertujuan untuk membantu seluruh siswa mengembangkan perilaku efektif dan ketrampilan-ketrampilan hidup yang mengacu pada tugas-tugas perkembangan siswa SD.
b. Layanan responsif adalah layanan bimbingan yang bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh peserta didik saat ini. Layanan ini lebih bersifat preventik atau mungkin kuratif. Strategi yang digunakan adalah konseling individual, konseling kelompok, dan konsultasi. Isi layanan responsif adalah:
(1) bidang pendidikan;
(2) bidang belajar;
(3)bidang sosial;
(4) bidang pribadi;
(5) bidang karir;
(6) bidang tata tertib SD;
(7) bidang narkotika dan perjudian;
(8) bidang perilaku sosial, dan
(9)bidang kehidupan lainnya.
c. Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang membantu seluruh peserta didik dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karir,dan kehidupan sosial dan pribadinya. Tujuan utama dari layanan ini untuk membantu siswa memantau pertumbuhan dan memahami perkembangan sendiri.
d. Dukungan sistem, adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan, memelihara dan meningkatkan progam bimbingan secara menyeluruh. Hal itu dilaksanakan melalui pengembangaan profesionalitas, hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasihat, masyarakat yang lebih luas, manajemen program, penelitian dan pengembangan (Thomas Ellis, 1990)
Kegiatan utama layanan dasar bimbingan yang responsif dan mengandung perencanaan individual serta memiliki dukungan sistem dalam implementasinya didukung oleh beberapa jenis layanan BK, yakni:
(1) layanan pengumpulan data,
(2) layanan informasi,
(3) layanan penempatan,
(4) layanan konseling,
(5) layanan referal/melimpahkan ke pihak lain, dan
(6) layanan penilaian dan tindak lanjut (Nurihsan, 2005:21).
6. Peran Guru Kelas dalam Kegiatan BK di SD
Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK, yaitu:
a. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
b. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain.
c. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
d. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
e. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
f. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.
g. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
h. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
i. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
Sumber situs-pendidikan.com
M. Surya (1988:12) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian atau layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Bimbingan ialah penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya (Oemar Hamalik, 2000:193).
Bimbingan adalah suatu proses yang terus-menerus untuk membantu perkembangan individu dalam rangka mengembangkan kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat (Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1990:11).
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik sebuah inti sari bahwa bimbingan dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikan dirinya (self realization).
Konseling adalah proses pemberian yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien (Prayitno, 1997:106).
Konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada seseorang supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan pada diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang (Mungin Eddy Wibowo, 1986:39).
Dari pengertin tersebut, dapat penulis sampaikan ciri-ciri pokok konseling, yaitu:
(1) adanya bantuan dari seorang ahli,
(2) proses pemberian bantuan dilakukan dengan wawancara konseling,
(3) bantuan diberikan kepada individu yang mengalami masalah agar memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri dalam mengatasi masalah guna memperbaiki tingkah lakunya di masa yang akan datang.
2. Perlunya Bimbingan dan Konseling di SD
Jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang melatarbelangi perlunya bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosio kultural dan aspek psikologis. Secara umum, latar belakang perlunya bimbingan berhubungan erat dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu: meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut sudah barang tentu perlu mengintegrasikan seluruh komponen yang ada dalam pendidikan, salah satunya komponen bimbingan.
Bila dicermati dari sudut sosio kultural, yang melatar belakangi perlunya proses bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sehingga berdampak disetiap dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju lapangan pekerjaan relatif menetap.
Menurut Tim MKDK IKIP Semarang (1990:5-9) ada lima hal yang melatarbelakangi perlunya layanan bimbingan di sekolah yakni:
(1) masalah perkembangan individu,
(2) masalah perbedaan individual,
(3) masalah kebutuhan individu,
(4) masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku, dan
(5) masalah belajar
3. Fungsi Bimbingan dan Konseling di SD
Sugiyo dkk (1987:14) menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan dan konseling, yaitu:
a. Fungsi penyaluran ( distributif )
Fungsi penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam membantu menyalurkan siswa-siswa dalam memilih program-program pendidikan yang ada di sekolah, memilih jurusan sekolah, memilih jenis sekolah sambungan ataupun lapangan kerja yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita dan ciri- ciri kepribadiannya. Di samping itu fungsi ini meliputi pula bantuan untuk memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah antara lain membantu menempatkan anak dalam kelompok belajar, dan lain-lain.
b. Fungsi penyesuaian ( adjustif )
Fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam berbagai teknik bimbingan khususnya dalam teknik konseling, siswa dibantu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dan kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga membantu siswa dalam usaha mengembangkan dirinya secara optimal.
c. Fungsi adaptasi ( adaptif )
Fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf sekolah khususnya guru dalam mengadaptasikan program pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi ini pembimbing menyampaikan data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan kemampuan serta kesulitan-kesulitan siswa kepada guru. Dengan data ini guru berusaha untuk merencanakan pengalaman belajar bagi para siswanya. Sehingga para siswa memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita, kebutuhan dan minat (Sugiyo, 1987:14)
4. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling di SD
Prinsip merupakan paduan hasil kegiatan teoretik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan (Prayitno, 1997:219). Berikut ini prinsip-prinsip bimbingan konseling yang diramu dari sejumlah sumber, sebagai berikut:
a. Sikap dan tingkah laku seseorang sebagai pencerminan dari segala kejiwaannya adakah unik dan khas. Keunikan ini memberikan ciri atau merupakan aspek kepribadian seseorang. Prinsip bimbingan adalah memperhatikan keunikan, sikap dan tingkah laku seseorang, dalam memberikan layanan perlu menggunakan cara-cara yang sesuai atau tepat.
b. Tiap individu mempunyai perbedaan serta mempunyai berbagai kebutuhan. Oleh karenanya dalam memberikan bimbingan agar dapat efektif perlu memilih teknik-teknik yang sesuai dengan perbedaan dan berbagai kebutuhan individu.
c. Bimbingan pada prinsipnya diarahkan pada suatu bantuan yang pada akhirnya orang yang dibantu mampu menghadapi dan mengatasi kesulitannya sendiri.
d. Dalam suatu proses bimbingan orang yang dibimbing harus aktif , mempunyai bayak inisiatif. Sehingga proses bimbingan pada prinsipnya berpusat pada orang yang dibimbing.
e. Prinsip referal atau pelimpahan dalam bimbingan perlu dilakukan. Ini terjadi apabila ternyata masalah yang timbul tidak dapat diselesaikan oleh sekolah (petugas bimbingan). Untuk menangani masalah tersebut perlu diserahkan kepada petugas atau lembaga lain yang lebih ahli.
f. Pada tahap awal dalam bimbingan pada prinsipnya dimulai dengan kegiatan identifikasi kebutuhan dan kesulitan-kesulitan yang dialami individu yang dibimbing.
g. Proses bimbingan pada prinsipnya dilaksanakan secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan yang dibimbing serta kondisi lingkungan masyarakatnya.
h. Program bimbingan dan konseling di sekolah harus sejalan dengan program pendidikan pada sekolah yang bersangkutan. Hal ini merupakan keharusan karena usaha bimbingan mempunyai peran untuk memperlancar jalannya proses pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan.
i. Dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah hendaklah dipimpin oleh seorang petugas yang benar-benar memiliki keahlian dalam bidang bimbingan. Di samping itu ia mempunyai kesanggupan bekerja sama dengan petugas-petugas lain yang terlibat.
j. Program bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya senantiasa diadakan penilaian secara teratur. Maksud penilaian ini untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan program bimbingan. Prinsip ini sebagai tahap evaluasi dalam layanan bimbingan konseling nampaknya masih sering dilupakan. Padahal sebenarnya tahap evaluasi sangat penting artinya, di samping untuk menilai tingkat keberhasilan juga untuk menyempurnakan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling (Prayitno, 1997:219).
5. Kegiatan BK dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
Berdasakan Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan Konseling (2004) dinyatakan bahwakerangka kerja layanan BK dikembangkan dalam suatu program BK yang dijabarkan dalam 4 (empat) kegiatan utama, yakni:
a. Layanan dasar bimbingan
Layanan dasar bimbingan adalah bimbingan yang bertujuan untuk membantu seluruh siswa mengembangkan perilaku efektif dan ketrampilan-ketrampilan hidup yang mengacu pada tugas-tugas perkembangan siswa SD.
b. Layanan responsif adalah layanan bimbingan yang bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh peserta didik saat ini. Layanan ini lebih bersifat preventik atau mungkin kuratif. Strategi yang digunakan adalah konseling individual, konseling kelompok, dan konsultasi. Isi layanan responsif adalah:
(1) bidang pendidikan;
(2) bidang belajar;
(3)bidang sosial;
(4) bidang pribadi;
(5) bidang karir;
(6) bidang tata tertib SD;
(7) bidang narkotika dan perjudian;
(8) bidang perilaku sosial, dan
(9)bidang kehidupan lainnya.
c. Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang membantu seluruh peserta didik dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karir,dan kehidupan sosial dan pribadinya. Tujuan utama dari layanan ini untuk membantu siswa memantau pertumbuhan dan memahami perkembangan sendiri.
d. Dukungan sistem, adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan, memelihara dan meningkatkan progam bimbingan secara menyeluruh. Hal itu dilaksanakan melalui pengembangaan profesionalitas, hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasihat, masyarakat yang lebih luas, manajemen program, penelitian dan pengembangan (Thomas Ellis, 1990)
Kegiatan utama layanan dasar bimbingan yang responsif dan mengandung perencanaan individual serta memiliki dukungan sistem dalam implementasinya didukung oleh beberapa jenis layanan BK, yakni:
(1) layanan pengumpulan data,
(2) layanan informasi,
(3) layanan penempatan,
(4) layanan konseling,
(5) layanan referal/melimpahkan ke pihak lain, dan
(6) layanan penilaian dan tindak lanjut (Nurihsan, 2005:21).
6. Peran Guru Kelas dalam Kegiatan BK di SD
Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK, yaitu:
a. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
b. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain.
c. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
d. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
e. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
f. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.
g. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
h. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
i. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
Sumber situs-pendidikan.com
Tips Pacaran yang Sehat
Tidak bisa kita pungkiri bahwa remaja –remaja di Indonesia beberapa tahun blakang mulai tidak mengindahkan nilai moral dan sopan santun dalam berpacaran. Hal ini bisa kita lihat dengan terungkapnya beberapa kasus pornografi yang melibatkan pelajar Indonesia, Oleh karena itu, saya ingin sekali memberikan tips agar pacaran menjadi sehat dan hal – hal berbau pornogafi dikalangan remaja ini tidak terulang lagi.
Tips No. 1 : Sering Olahraga bersama pasangan.
Ajak lah pasangan kamu rutin ber Olahraga, seperti jogging bareng di hari minggu pagi di lapangan terdekat. Cukup 2 jam dalam satu minggu, Dijamin tubuh akan menjadi SEHAAATT!!
Tips No. 2 : Sering makan buah-buahan dan sayuran
Seringlah makan buah dan sayuran bersama-sama, buah dan sayuran berfungsi untuk menyehatkan pencernaan. Jangan terlalu sering nge –date makan bakso ato siomay karena jika terlalu sering bisa mengganggu pencernaan.
Tips No. 3 : Sering bersih kamar kos /kontrakan
Tempat kos adalah tempat yang sering menjadi sumber ketidak sehatan dalam berpacaran, karna lemahnya Kontrol oleh keluarga, oleh karena itu ajaklah pasangan anda untuk selalu menjaga kebersihan kamar kos dan kamar mandi, jangan suka buang sampah sembarangan karena itu tidak sehattt,,,
Tips No. 4 : Tidur tepat waktu
Tidur tepat waktu sangat penting dalam membuat kamu atau pasangan kamu menjadi sehat. Karena jika sering begadang mengakibatkan tubuh menjadi lemas dan lesu. Namun hal Ini susah dilakukan oleh anak muda kita, tapi percayalah bahwa kalian bisa melakukannya. Caranya adalah kamu jangan pacaran mulai jam 8 malam karna akan membuat kamu pulang ngapel jam 11-an, kamu bisa datang jam 4 sore, dan pasti pas magrib disuruh pulang ama keluarganya si Do’i :D
Tips No. 5 : Sering berdoa kepada tuhan agar selalu diberikan kesehatan
Setelah kamu menerapkan tips-tips diatas ingatlah Kita manusia hanya bisa berusaha dan tetap tuhan yang menentukan. Ajaklah pasangan kamu untuk selalu berdoa di setiap kesempatan untuk selalu diberikan kesehatan, Aminn…
Sumber Anita Fauziah
Tips No. 1 : Sering Olahraga bersama pasangan.
Ajak lah pasangan kamu rutin ber Olahraga, seperti jogging bareng di hari minggu pagi di lapangan terdekat. Cukup 2 jam dalam satu minggu, Dijamin tubuh akan menjadi SEHAAATT!!
Tips No. 2 : Sering makan buah-buahan dan sayuran
Seringlah makan buah dan sayuran bersama-sama, buah dan sayuran berfungsi untuk menyehatkan pencernaan. Jangan terlalu sering nge –date makan bakso ato siomay karena jika terlalu sering bisa mengganggu pencernaan.
Tips No. 3 : Sering bersih kamar kos /kontrakan
Tempat kos adalah tempat yang sering menjadi sumber ketidak sehatan dalam berpacaran, karna lemahnya Kontrol oleh keluarga, oleh karena itu ajaklah pasangan anda untuk selalu menjaga kebersihan kamar kos dan kamar mandi, jangan suka buang sampah sembarangan karena itu tidak sehattt,,,
Tips No. 4 : Tidur tepat waktu
Tidur tepat waktu sangat penting dalam membuat kamu atau pasangan kamu menjadi sehat. Karena jika sering begadang mengakibatkan tubuh menjadi lemas dan lesu. Namun hal Ini susah dilakukan oleh anak muda kita, tapi percayalah bahwa kalian bisa melakukannya. Caranya adalah kamu jangan pacaran mulai jam 8 malam karna akan membuat kamu pulang ngapel jam 11-an, kamu bisa datang jam 4 sore, dan pasti pas magrib disuruh pulang ama keluarganya si Do’i :D
Tips No. 5 : Sering berdoa kepada tuhan agar selalu diberikan kesehatan
Setelah kamu menerapkan tips-tips diatas ingatlah Kita manusia hanya bisa berusaha dan tetap tuhan yang menentukan. Ajaklah pasangan kamu untuk selalu berdoa di setiap kesempatan untuk selalu diberikan kesehatan, Aminn…
Sumber Anita Fauziah
Emosi Seorang Ibu
Apa pekerjaan yang mampu memunculkan seluruh spektrum emosi manusia?
Jawabannya adalah menjadi seorang ibu (bunda, mama, emak, mami apa pun sebutannya).
Mengandung, melahirkan, dan membesarkan anak bisa menjadi pekerjaan paling membahagiakan atau paling membuat frustrasi bagi perempuan bertitel “ibu”.
Menjalani hidup sebagai seorang ibu dari 2 anak selama 6 tahun terakhir sungguh mengubah hidup dan diri saya dalam begitu banyak sisi. Berjuta pengalaman bisa membuat saya menangis bahagia atau justru karena kesal. Berbagai emosi yang bisa muncul dalam menjalani peran sebagai ibu ini sungguh luar biasa luasnya!
Menggunakan roda emosi manusia tentang 8 emosi dasar dan emosi lawannya yang disusun oleh Robert Plutchik (1980), berikut emosi-emosi yang dialami seorang ibu:
1.Joy vs Sadness
Bahagia.
Ah, tentunya tak terhitung banyaknya kebahagiaan yang dirasakan seorang ibu, mulai dari saat pertama melihat bayinya yang baru lahir, mendengar kata pertama, menyaksikan langkah pertama, dan berjuta peristiwa bahagia lainnya. Betapa kebahagiaan seorang ibu sangat dipengaruhi oleh anak-anak mereka. Menjadi ibu membuat seseorang merasakan kebahagiaan yang bahkan di luar dirinya sendiri, yang berasal dari orang lain. Rasa bahagia yang mungkin belum pernah saya rasakan sebelum saya menjadi ibu. Kebahagiaan yang sejati.
Sedih.
Banyak pula saat-saat yang membuat ibu sedih, seperti saat anak jatuh sakit dan terbaring lemah sambil menangis, hati semua ibu jadi berkeping-keping. Rasanya ingin menukar apa pun yang dimiliki demi mengakhiri penderitaan anak tercinta. Begitu pula saat menyaksikan anak mengalami kegagalan, meskipun ibu paham bahwa hal itu penting bagi proses belajarnya, tidak ada ibu yang tega.
2.Trust vs Disgust
Rasa percaya.
Hal ini menjadi nyata terutama di tahun-tahun pertama, saat ibu dan bayi menjalin serta membangun ikatan di antara mereka. Ibu merasa ingin selalu berada di dekat bayi, ingin memberikan sebanyak mungkin rasa aman yang dibutuhkan bayi. Begitu pun saat bayi mulai besar dan selalu ingin berada dekat ibu, ada rasa saling percaya yang demikian kuat satu sama lain, bahwa akan saling ‘menemukan’ dan merasa nyaman satu sama lain. Saat anak mulai bersekolah atau bahkan kuliah di luar kota, meski rasanya berat melepas anak untuk pertama kalinya menghadapi dunia tanpa Anda, tiap ibu tahu, jauh di dalam hati kecilnya, di balik air mata, dan senyumannya, ada rasa percaya pada sang anak, bahwa ia telah siap dan terbekali untuk menghadapi dunia ini.
Rasa benci/jijik.
Saat menjadi ibu, saya ingin dunia ini menjadi lebih baik, jauh daripada sebelumnya. Naluri keibuan yang kuat senantiasa membangkitkan keinginan kita melindungi sang buah hati. Setelah menjadi ibu, saya sungguh jijik (dalam arti yang sebenarnya!), tiap kali harus melihat adanya bayi yang dibuang, anak yang ditelantarkan, kekerasan pada anak, pedofilia, penculikan, trafficking, prostitusi anak, eksploitasi, dan berbagai hal buruk yang dialami anak-anak di dunia yang kejam ini. Saya juga membenci segala bentuk kekerasan, bullying, pornografi, kecanduan, penyalahgunaan obat, dan semua bentuk kejahatan yang mungkin memengaruhi anak saya. Mungkin selama saya hidup, belum pernah saya merasakan rasa benci/jijik yang sedemikan besar terhadap sesuatu hal seperti ini sebelumnya.
3.Fear vs Anger
Rasa takut.
Bisa jadi, emosi inilah yang seringkali mendominasi hati dan pikiran para ibu. Rasa takut, kekuatiran akan hal-hal buruk yang bisa dialami atau menimpa anak. Kita takut akan segala bentuk sakit-penyakit (virus, bakteri, apa pun bentuknya), penyebaran, dan wabah penyakit berbahaya, bahkan sejak janin masih di dalam kandungan. Kita takut akan segala bentuk gangguan psikologis yang mungkin dialami anak, takut, dan mencemaskan pergaulan anak di sekolah, takut akan pengaruh media bagi anak, takut akan doktrin-doktrin sesat yang beredar, takut akan berita negatif yang terpapar pada anak, takut akan segala kontaminasi dan penggunaan zat-zat berbahaya pada makanan atau mainan anak. Semuanya. Semua hal yang bisa menimbulkan bahaya fisik maupun mental bagi anak kita, membuat kita takut. Rasa takut yang sedemikian intens sehingga mampu membuat ibu melakukan apa saja untuk berusaha menghindarkannya. Bagi saya, hal ini mendorong saya menjadi manusia yang lebih baik, sejak jadi seorang ibu, saya meninggalkan kebiasaan-kebiasaan saya yang buruk, berusaha menjalani hidup lebih sehat, lebih sabar dan semuanya itu didorong rasa takut akan menjadi panutan yang buruk bagi anak-anak saya.
Marah.
Semua ibu rentan menjadi marah, apalagi dengan anak yang terus bertumbuh besar setiap hari dengan tingkah polah mereka yang tidak selalu ‘manis’. Balita yang seringkali menjadi tantangan tersendiri bagi kesabaran ibu, belum lagi remaja yang mulai melawan dan rasa-rasanya semakin tidak menghormati ibu! Ya ampun! Jujur atau tidak, pada titik tertentu, semua ibu pasti pernah merasa marah, dan itu manusiawi, mengingat kita berurusan dengan manusia lain yang sedang berkembang secara fisik, emosional, dan intelektual. Di tiap fase berbeda dengan tantangan berbeda sungguh tidak mudah, apalagi kita terlibat secara emosional pada mereka, tak lain adalah karena kita sungguh-sungguh mencintai mereka.
4.Surprise vs Anticipation
Hidup seorang ibu tidak pernah lepas dari keterkejutan. Mulai dari pertama bayi sukses berguling, mengucapkan kata “mama”, anak berhasil menyanyikan lagu pertamanya, dan semua hal-hal kecil menyenangkan yang menghiasi kehidupan ibu. Takjub dengan segala pencapaian anak yang baru, prestasi-prestasinya yang membanggakan bahkan bantuan dan kata-kata tulusnya di saat yang tidak mama harapkan. Terkesima dengan perkembangannya yang begitu menakjubkan, seakan tak percaya dengan semua yang sudah bisa anak lakukan sendiri sekarang, yang terlintas di pikiran justru seperti baru kemarin ibu melahirkannya!
Seorang ibu selalu mengantisipasi, apa saja yang mungkin terjadi. Bagaimana kalau nanti di jalan Neo muntah ya? Atau bajunya ketumpahan sesuatu? Bagaimana kalau di jalan beberapa kali BAB? Bagaimana kalau tisu basahnya kurang? Jadilah akhirnya si ibu pergi menenteng-nenteng tas berat berisi 10 buah popok, 5 pasang baju ganti, 3 bungkus tisu, 4 kain lap, dan setengah lusin bib! Belum termasuk beberapa pilihan kaus kaki, topi dan jaket, kalau-kalau cuaca menjadi dingin! :D
Tidak hanya antisipasi akan pemenuhan kebutuhan fisiknya, bahkan emosional anak. Bagaimana kalau nanti di sekolah dia susah mencari teman ya? Bagaimana kalau nanti anak sedih kalau tahu anjing peliharaannya mati? Bagaimana nanti kalau di acara dia bosan dan rewel ya? Bagaimana nanti waktu saya lagi kerja di kantor, dia pasti menangis mencari saya? Ratusan pertanyaan berputar-putar di benak ibu, semuanya mengarahkan para ibu, mengatur dan memastikan semua akan baik-baik saja dan berjalan lancar. Selalu berusaha mengambil satu langkah lebih maju untuk mempersiapkan semuanya bagi anak. Selalu preventif dan selalu berusaha untuk efektif.
Semua bentuk emosi manusia yang dapat terpikirkan, melanda kehidupan seorang ibu. Tak terelakkan dan tak terbantahkan. Sungguh istimewa hak yang saya terima untuk menjadi ibu. Sesuatu yang tidak ingin saya tukar dengan apa pun di dunia ini
Jawabannya adalah menjadi seorang ibu (bunda, mama, emak, mami apa pun sebutannya).
Mengandung, melahirkan, dan membesarkan anak bisa menjadi pekerjaan paling membahagiakan atau paling membuat frustrasi bagi perempuan bertitel “ibu”.
Menjalani hidup sebagai seorang ibu dari 2 anak selama 6 tahun terakhir sungguh mengubah hidup dan diri saya dalam begitu banyak sisi. Berjuta pengalaman bisa membuat saya menangis bahagia atau justru karena kesal. Berbagai emosi yang bisa muncul dalam menjalani peran sebagai ibu ini sungguh luar biasa luasnya!
Menggunakan roda emosi manusia tentang 8 emosi dasar dan emosi lawannya yang disusun oleh Robert Plutchik (1980), berikut emosi-emosi yang dialami seorang ibu:
1.Joy vs Sadness
Bahagia.
Ah, tentunya tak terhitung banyaknya kebahagiaan yang dirasakan seorang ibu, mulai dari saat pertama melihat bayinya yang baru lahir, mendengar kata pertama, menyaksikan langkah pertama, dan berjuta peristiwa bahagia lainnya. Betapa kebahagiaan seorang ibu sangat dipengaruhi oleh anak-anak mereka. Menjadi ibu membuat seseorang merasakan kebahagiaan yang bahkan di luar dirinya sendiri, yang berasal dari orang lain. Rasa bahagia yang mungkin belum pernah saya rasakan sebelum saya menjadi ibu. Kebahagiaan yang sejati.
Sedih.
Banyak pula saat-saat yang membuat ibu sedih, seperti saat anak jatuh sakit dan terbaring lemah sambil menangis, hati semua ibu jadi berkeping-keping. Rasanya ingin menukar apa pun yang dimiliki demi mengakhiri penderitaan anak tercinta. Begitu pula saat menyaksikan anak mengalami kegagalan, meskipun ibu paham bahwa hal itu penting bagi proses belajarnya, tidak ada ibu yang tega.
2.Trust vs Disgust
Rasa percaya.
Hal ini menjadi nyata terutama di tahun-tahun pertama, saat ibu dan bayi menjalin serta membangun ikatan di antara mereka. Ibu merasa ingin selalu berada di dekat bayi, ingin memberikan sebanyak mungkin rasa aman yang dibutuhkan bayi. Begitu pun saat bayi mulai besar dan selalu ingin berada dekat ibu, ada rasa saling percaya yang demikian kuat satu sama lain, bahwa akan saling ‘menemukan’ dan merasa nyaman satu sama lain. Saat anak mulai bersekolah atau bahkan kuliah di luar kota, meski rasanya berat melepas anak untuk pertama kalinya menghadapi dunia tanpa Anda, tiap ibu tahu, jauh di dalam hati kecilnya, di balik air mata, dan senyumannya, ada rasa percaya pada sang anak, bahwa ia telah siap dan terbekali untuk menghadapi dunia ini.
Rasa benci/jijik.
Saat menjadi ibu, saya ingin dunia ini menjadi lebih baik, jauh daripada sebelumnya. Naluri keibuan yang kuat senantiasa membangkitkan keinginan kita melindungi sang buah hati. Setelah menjadi ibu, saya sungguh jijik (dalam arti yang sebenarnya!), tiap kali harus melihat adanya bayi yang dibuang, anak yang ditelantarkan, kekerasan pada anak, pedofilia, penculikan, trafficking, prostitusi anak, eksploitasi, dan berbagai hal buruk yang dialami anak-anak di dunia yang kejam ini. Saya juga membenci segala bentuk kekerasan, bullying, pornografi, kecanduan, penyalahgunaan obat, dan semua bentuk kejahatan yang mungkin memengaruhi anak saya. Mungkin selama saya hidup, belum pernah saya merasakan rasa benci/jijik yang sedemikan besar terhadap sesuatu hal seperti ini sebelumnya.
3.Fear vs Anger
Rasa takut.
Bisa jadi, emosi inilah yang seringkali mendominasi hati dan pikiran para ibu. Rasa takut, kekuatiran akan hal-hal buruk yang bisa dialami atau menimpa anak. Kita takut akan segala bentuk sakit-penyakit (virus, bakteri, apa pun bentuknya), penyebaran, dan wabah penyakit berbahaya, bahkan sejak janin masih di dalam kandungan. Kita takut akan segala bentuk gangguan psikologis yang mungkin dialami anak, takut, dan mencemaskan pergaulan anak di sekolah, takut akan pengaruh media bagi anak, takut akan doktrin-doktrin sesat yang beredar, takut akan berita negatif yang terpapar pada anak, takut akan segala kontaminasi dan penggunaan zat-zat berbahaya pada makanan atau mainan anak. Semuanya. Semua hal yang bisa menimbulkan bahaya fisik maupun mental bagi anak kita, membuat kita takut. Rasa takut yang sedemikian intens sehingga mampu membuat ibu melakukan apa saja untuk berusaha menghindarkannya. Bagi saya, hal ini mendorong saya menjadi manusia yang lebih baik, sejak jadi seorang ibu, saya meninggalkan kebiasaan-kebiasaan saya yang buruk, berusaha menjalani hidup lebih sehat, lebih sabar dan semuanya itu didorong rasa takut akan menjadi panutan yang buruk bagi anak-anak saya.
Marah.
Semua ibu rentan menjadi marah, apalagi dengan anak yang terus bertumbuh besar setiap hari dengan tingkah polah mereka yang tidak selalu ‘manis’. Balita yang seringkali menjadi tantangan tersendiri bagi kesabaran ibu, belum lagi remaja yang mulai melawan dan rasa-rasanya semakin tidak menghormati ibu! Ya ampun! Jujur atau tidak, pada titik tertentu, semua ibu pasti pernah merasa marah, dan itu manusiawi, mengingat kita berurusan dengan manusia lain yang sedang berkembang secara fisik, emosional, dan intelektual. Di tiap fase berbeda dengan tantangan berbeda sungguh tidak mudah, apalagi kita terlibat secara emosional pada mereka, tak lain adalah karena kita sungguh-sungguh mencintai mereka.
4.Surprise vs Anticipation
Hidup seorang ibu tidak pernah lepas dari keterkejutan. Mulai dari pertama bayi sukses berguling, mengucapkan kata “mama”, anak berhasil menyanyikan lagu pertamanya, dan semua hal-hal kecil menyenangkan yang menghiasi kehidupan ibu. Takjub dengan segala pencapaian anak yang baru, prestasi-prestasinya yang membanggakan bahkan bantuan dan kata-kata tulusnya di saat yang tidak mama harapkan. Terkesima dengan perkembangannya yang begitu menakjubkan, seakan tak percaya dengan semua yang sudah bisa anak lakukan sendiri sekarang, yang terlintas di pikiran justru seperti baru kemarin ibu melahirkannya!
Seorang ibu selalu mengantisipasi, apa saja yang mungkin terjadi. Bagaimana kalau nanti di jalan Neo muntah ya? Atau bajunya ketumpahan sesuatu? Bagaimana kalau di jalan beberapa kali BAB? Bagaimana kalau tisu basahnya kurang? Jadilah akhirnya si ibu pergi menenteng-nenteng tas berat berisi 10 buah popok, 5 pasang baju ganti, 3 bungkus tisu, 4 kain lap, dan setengah lusin bib! Belum termasuk beberapa pilihan kaus kaki, topi dan jaket, kalau-kalau cuaca menjadi dingin! :D
Tidak hanya antisipasi akan pemenuhan kebutuhan fisiknya, bahkan emosional anak. Bagaimana kalau nanti di sekolah dia susah mencari teman ya? Bagaimana kalau nanti anak sedih kalau tahu anjing peliharaannya mati? Bagaimana nanti kalau di acara dia bosan dan rewel ya? Bagaimana nanti waktu saya lagi kerja di kantor, dia pasti menangis mencari saya? Ratusan pertanyaan berputar-putar di benak ibu, semuanya mengarahkan para ibu, mengatur dan memastikan semua akan baik-baik saja dan berjalan lancar. Selalu berusaha mengambil satu langkah lebih maju untuk mempersiapkan semuanya bagi anak. Selalu preventif dan selalu berusaha untuk efektif.
Semua bentuk emosi manusia yang dapat terpikirkan, melanda kehidupan seorang ibu. Tak terelakkan dan tak terbantahkan. Sungguh istimewa hak yang saya terima untuk menjadi ibu. Sesuatu yang tidak ingin saya tukar dengan apa pun di dunia ini
Arti Sebuah Kemenangan
Arti Sebuah Kemenangan – Kemenangan bukanlah hanya ketika kita berhasil mengalahkan lawan di suatu pertandingan. Dan bukan hanya ketika kita berhasil mencapai prestasi terbaik. Bahkan, bukan hanya ketika kita berhasil mendapatkan semua yang kita inginkan dalam hidup ini.
Tapi, kemenangan adalah saat di mana kita dapat melawan suatu kegagalan. Saat di mana kita dapat mengatasi musibah. Saat di mana kita dapat bangkit dari suatu keadaan yang menyedihkan. Dan, saat di mana kita merasa sangat terpuruk namun kita mampu berjuang menghancurkan semua cobaan itu.
Kemenangan adalah saat di mana kita dapat menjadikan itu semua sebagai pertanda betapa sayangnya Sang Maha Pencipta kepada kita. Saat dimana kita menyadari betapa kita dapat belajar banyak dari semua kegagalan yang kita alami.
Dan, kemenangan adalah saat di mana kita melangkah begitu mantap dan yakin bahwa kita begitu hebat untuk sekedar melawan suatu kegagalan kecil. Saat dimana kita dapat mengalahkan diri kita sendiri, sehingga kadang-kadang kita merindukan sebuah kegagalan. Karena kegagalanlah yang membuat kita sadar di mana kita berada.
Sumber www.Geoklik.com
Tapi, kemenangan adalah saat di mana kita dapat melawan suatu kegagalan. Saat di mana kita dapat mengatasi musibah. Saat di mana kita dapat bangkit dari suatu keadaan yang menyedihkan. Dan, saat di mana kita merasa sangat terpuruk namun kita mampu berjuang menghancurkan semua cobaan itu.
Kemenangan adalah saat di mana kita dapat menjadikan itu semua sebagai pertanda betapa sayangnya Sang Maha Pencipta kepada kita. Saat dimana kita menyadari betapa kita dapat belajar banyak dari semua kegagalan yang kita alami.
Dan, kemenangan adalah saat di mana kita melangkah begitu mantap dan yakin bahwa kita begitu hebat untuk sekedar melawan suatu kegagalan kecil. Saat dimana kita dapat mengalahkan diri kita sendiri, sehingga kadang-kadang kita merindukan sebuah kegagalan. Karena kegagalanlah yang membuat kita sadar di mana kita berada.
Sumber www.Geoklik.com
PROGRAM BIMBINGAN DI SEKOLAH DAN PERANAN GURU DALAM PELAKSANAANNYA
A. Program Bimbingan di Sekolah
Keiatan bimbingan dan konseling dapat mencapai hasil yang efektif bilamana dimulai dari adanya program yang disusun dengan baik.
1. Pengertian Program Bimbingan
Menurut pendapat Hotch dan Costor yang dikutip oleh Gipson dan Mitchell (1981) program bimbingan dan konseling adalah suatu program yang memberikan layanan khusus yang dimaksudkan untuk membantu individu dalam mengadakan penyesuaian diri.
Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) menyatakan bahwa program bimbingan yang disusun dengan baik dan rinci akan memberikan banyak keuntungan, seperti:
a) Memungkinkan para petugas menghemat waktu, usaha, biaya, dengan menghindari kesalahan-kesalahan, dan usaha coba-coba yang tidak menguntungkan.
b) Memungkinkan siswa untuk mendapatkan layanan bimbingan secara seimbang dan menyeluruh, baik dalam hal kesempatan, ataupun dalam jenis layanan bimbingan yang diperlukan;
c) Memungkinkan setiap petugas mengetahui dan memahami peranannya masing-masing dan mengetahui bagaimana dan di mana mereka harus melakukan upaya secara tetap; dan
d) Memungkinkan para petugas untuk menghayati pengalaman yang sangat berguna untuk kemajuannya sendiri dan untuk kepentingan siswa dibimbingnya.
Pendapat di atas menekankan perlunya rumusan program bimbingan yang jelas dan sistematik.
2. Langkah-Langkah Penyusunan Program Bimbingan
Dalam penyusunan program bimbingan perlu ditempuh langkah-langkah seperti dikemukakan oleh Miller yang dikutip oleh Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) seperti berikut:
a) Tahap persiapan.
b) Pertemuan-pertemuan permulaan dengan para konselor yang telah ditunjuk oleh pemimpin sekolah.
c) Pembentukan panitia penyelenggara program.
d) Pembentukan panitia sementara untuk merumuskan program bimbingan.
Melalui empat langkah tersebut diharapkan program bimbingan itu dapat diwujudkan dengan baik.
3. Variasi Program Bimbingan menurut Jenjang pendidikan
Winkel (1991) memberikan rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam menyusun program bimbingan di tingkat pendidikan tertentu, yaitu:
a) Menyusun tujuan jenjang pendidikan tertentu, seperti yang telah dirumuskan.
b) Menyusun tugas-tugas perkembangan dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik pada tahap perkembangan tertentu.
c) Menyusun pola dasar yang dipedomani dalam memberikan layanan.
d) Menentukan komponen-komponen bimbingan yang diprioritaskan.
e) Menentukan bentuk bimbingan yang sebaiknya diutamakan.
f) Menentukan tenaga-tenaga bimbingan yang dapat dimanfaatkan, misalkan konselor, guru atau tenaga ahli lainnya.
Berdasarkan rambu-rambu tersebut, program bimbingan untuk masing-masing jenjang pendidikan dapat dirumuskan dengan tepat sesuai dengan karakteristiknya.
a. Pendidikan Taman Kanak-Kanak
Taman kanak-kanak sebenarnya belum termasuk jenjang pendidikan formal dan lebih dikenal dengan pendidikan prasekolah.
b. Program Bimbingan di Sekolah Dasar
Berkenaan dengan penyusunan program bimbingan di sekolahdasar, Gibson dan Mitchell (19810 mengemukakan beberapa factor yang harus dipertimbangkan, seperti:
a) Kegiatan bimbingan di SD hendaknya lebih menekankan pada aktivitas-aktivitas belajar.
b) Di SD masih menggunakan system guru kelas sehingga seandainya ada anak yang tidak disenangi oleh guru, maka akan lebih fatal akibatnya.
c) Adanya kecendrungan seorang anak bergantung kepada teman sebayanya.
d) Minat orang tua dominan mempengaruhi nilai kehidupan anak.
e) Masalah-masalah yang timbul di tingkat SD, dan tidak terlalu kompleks.
c. Program Bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Secara garis besar program bimbingan dan konseling di SLTP hendaknya berorientasi kepada:
a) Bimbingan belajar, karena cara belajar di SLTP berbeda dengan di SD.
b) Bimbingan tentang hubungan muda-mudi, karena pada usia ini mereka mulai mengenal hubungan cinta kasih (Gibson dan Mitchell, 1981).
c) Pada usia ini mereka mulai membentuk kelompok sebaya, maka program bimbingan hendaknya juga menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan social.
d) Bimbingan yang berorientasi pada tugas-tugas perkembangan anak usia 12-15 tahun.
e) Bimbingan karier baik yang menyangkut pemahaman tentang dunia pendidikan atau pekerjaan.
d. Program Bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Program bimbingan di SLTA hendaknya berorientasi kepada:
a) Hubungan muda-mudi/hubungan social.
b) Pemberian informasi pendidikan dan jabatan.
c) Bimbingan cara belajar.
e. Program Bimbingan di Perguruan Tinggi
Efektivitas dan efisiensi program bimbingan dapat terwujud bila diarahkan kepada masalah-masalah sebagaimana digambarkan di atas. Oleh sebab itu, program bimbingan di perguruan tinggi hendaknya berorientasi kepada:
1) Bimbingan belajar di perguruan tinggi atau bimbingan yang bersifat akademik.
2) Hubungan social dan hubungan muda-mudi.
4. Tenaga Bimbingan di Sekolah Beserta Fungsi dan Peranannya.
Dalam kurikulum SMA 1975 Buku III C tentang Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan dikemukakan bahwa konselor di sekolah terdiri dari:
a) Kepala sekolah
b) Penyuluh Pendidikan (Konselor sekolah)
c) Guru Pembimbing/Wali Kelas
d) Guru/Pengajar
e) Petugas Administrasi
5. Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan tanggung jawab kepala sekolah. Program bimbingan di sekolah merupakan bagian yang terintegrasi dengan seluruh kegiatan pendidikan. Dalam kurikulum SMA tahun 1975 buku III C dinyatakan bahwa kepala sekolah berperan langsung sebagai koordinator bimbingan dan berwenang untuk menentukan garis kebijaksanaan bimbingan, sedangkan konselor merupakan pembantu kepala sekolah yang bertanggung jawab kepada kepala sekolah.
6. Mekanisme Implementasi Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Untuk melaksanakan program bimbingan dan konseling di sekolah, konselor beserta personel lainnya perlu memperhatikan komponen kegiatan sebagai berikut:
1. Komponen pemrosesan data
2. Komponen kegiatan pemberian informasi
3. Komponen kegiatan konseling
4. Komponen pelaksana
5. Komponen metode/alat
6. Komponen waktu kegiatan
7. Komponen sumber data
B. Peranan Guru dalam Pelaksanaan Bimbingan di Sekolah
Dalam layanan bimbingan, guru mempunyai beberapa tugas utama, sebagaimana dituangkan dalam kurikulum SMA 1975 tentang Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan.
1. Tugas Guru dalam Layanan Bimbingan di Kelas
Perilaku guru dapat mempengaruhi keberhasilan belajar, misalnya guru yang bersifat otoriter akan menimbulkan suasana tegang, hubungan guru siswa menjadi kaku, keterbukaan siswa untuk mengemukakan kesulitan-kesulitan sehubungan dengan pelajaran itu menjadi terbatas, dan sebagainya. Oleh Karena itu, guru harus dapat menerapkan fungsi bimbingan dalam kegiatan belajar mengajar. Sehubungan dengan itu, Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam proses belajar-mengajar sesuai dengan fungsinya sebagai guru dan pembimbing, yaitu:
a) Perlakuan terhadap siswa didasarkan atas keyakinan bahwa sebagai individu, siswa memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri.
b) Sikap yang positif dan wajar terhadap siswa.
c) Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati, menyenangkan.
d) Pemahaman siswa secara empatik.
e) Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu.
f) Penampilan diri secara asli (genuine) tidak berpura-pura, di depan siswa.
g) Kekonkretan dalam menyatakan diri.
h) Penerimaan siswa secara apa adanya.
i) Perlakuan terhadap siswa secara permissive.
j) Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dan membantu siswa untuk menyadari perasaannya itu.
k) Kesadaran bahwa tujuan mengajar bukan terbatas pada penguasaan siswa terhadap bahan pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan siswa menjadi individu yang lebih dewasa.
l) Penyesuaian diri terhadap keadaan yang khusus.
Abu Ahmadi (1977) mengemukakan peran guru sebagai pembiming dalam melaksanakan proses belajar-mengajar, sebagai berikut:
a) Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap siswa merasaaman, dan berkeyanikan bahwa kecakapan dan prestasi yang dicapainya mendapat penghargaan dan perhatian.
b) Mengusahakan agar siswa-siswa dapat memahami dirinya, kecakapan-kecakapan, sikap, minat, dan pembawaannya.
c) Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku social yang baik.
d) Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap siswa untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
e) Membantu memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat, kemampuan, dan minatnya.
2. Tugas Guru dalam Operasional Bimbingan di Luar Kelas
Tugas guru dalam layanan bimbingan tidak terbatas dalam kegiatan proses belajar-mengajar atau dalam kelas saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan bimbingan di luar kelas. Tugas-tugas bimbingan itu antara lain:
1. memberikan pengajaran perbaikan (remedial teaching).
2. memberikan pengayaan dan pengembangan bakat siswa.
3. melakukan kunjungan rumah (home visit).
4. menyelenggarakan kelompok belajar.
Beberapa contoh kegiatan tersebut memberikan bukti bahwa tugas guru dalam kegiatan bimbingan sangat penting. Kegiatan bimbingan tidak semata-mata tugas konselor saja. Tanpa peran serta guru, pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah tidak dapat terwujud secara optimal.
C. Kerja Sama Guru dengan Konselor dalam Layanan Bimbingan
Dalam kegiatan-kegiatan belajar-mengajar sangat diperlukan adanya kerja sama antara guru dengan konselor demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan tugas pook guru dalam proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bimbingan, sebaliknya layanan bimbingan di sekolah perlu dukungan atau bantuan guru.
Keiatan bimbingan dan konseling dapat mencapai hasil yang efektif bilamana dimulai dari adanya program yang disusun dengan baik.
1. Pengertian Program Bimbingan
Menurut pendapat Hotch dan Costor yang dikutip oleh Gipson dan Mitchell (1981) program bimbingan dan konseling adalah suatu program yang memberikan layanan khusus yang dimaksudkan untuk membantu individu dalam mengadakan penyesuaian diri.
Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) menyatakan bahwa program bimbingan yang disusun dengan baik dan rinci akan memberikan banyak keuntungan, seperti:
a) Memungkinkan para petugas menghemat waktu, usaha, biaya, dengan menghindari kesalahan-kesalahan, dan usaha coba-coba yang tidak menguntungkan.
b) Memungkinkan siswa untuk mendapatkan layanan bimbingan secara seimbang dan menyeluruh, baik dalam hal kesempatan, ataupun dalam jenis layanan bimbingan yang diperlukan;
c) Memungkinkan setiap petugas mengetahui dan memahami peranannya masing-masing dan mengetahui bagaimana dan di mana mereka harus melakukan upaya secara tetap; dan
d) Memungkinkan para petugas untuk menghayati pengalaman yang sangat berguna untuk kemajuannya sendiri dan untuk kepentingan siswa dibimbingnya.
Pendapat di atas menekankan perlunya rumusan program bimbingan yang jelas dan sistematik.
2. Langkah-Langkah Penyusunan Program Bimbingan
Dalam penyusunan program bimbingan perlu ditempuh langkah-langkah seperti dikemukakan oleh Miller yang dikutip oleh Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) seperti berikut:
a) Tahap persiapan.
b) Pertemuan-pertemuan permulaan dengan para konselor yang telah ditunjuk oleh pemimpin sekolah.
c) Pembentukan panitia penyelenggara program.
d) Pembentukan panitia sementara untuk merumuskan program bimbingan.
Melalui empat langkah tersebut diharapkan program bimbingan itu dapat diwujudkan dengan baik.
3. Variasi Program Bimbingan menurut Jenjang pendidikan
Winkel (1991) memberikan rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam menyusun program bimbingan di tingkat pendidikan tertentu, yaitu:
a) Menyusun tujuan jenjang pendidikan tertentu, seperti yang telah dirumuskan.
b) Menyusun tugas-tugas perkembangan dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik pada tahap perkembangan tertentu.
c) Menyusun pola dasar yang dipedomani dalam memberikan layanan.
d) Menentukan komponen-komponen bimbingan yang diprioritaskan.
e) Menentukan bentuk bimbingan yang sebaiknya diutamakan.
f) Menentukan tenaga-tenaga bimbingan yang dapat dimanfaatkan, misalkan konselor, guru atau tenaga ahli lainnya.
Berdasarkan rambu-rambu tersebut, program bimbingan untuk masing-masing jenjang pendidikan dapat dirumuskan dengan tepat sesuai dengan karakteristiknya.
a. Pendidikan Taman Kanak-Kanak
Taman kanak-kanak sebenarnya belum termasuk jenjang pendidikan formal dan lebih dikenal dengan pendidikan prasekolah.
b. Program Bimbingan di Sekolah Dasar
Berkenaan dengan penyusunan program bimbingan di sekolahdasar, Gibson dan Mitchell (19810 mengemukakan beberapa factor yang harus dipertimbangkan, seperti:
a) Kegiatan bimbingan di SD hendaknya lebih menekankan pada aktivitas-aktivitas belajar.
b) Di SD masih menggunakan system guru kelas sehingga seandainya ada anak yang tidak disenangi oleh guru, maka akan lebih fatal akibatnya.
c) Adanya kecendrungan seorang anak bergantung kepada teman sebayanya.
d) Minat orang tua dominan mempengaruhi nilai kehidupan anak.
e) Masalah-masalah yang timbul di tingkat SD, dan tidak terlalu kompleks.
c. Program Bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Secara garis besar program bimbingan dan konseling di SLTP hendaknya berorientasi kepada:
a) Bimbingan belajar, karena cara belajar di SLTP berbeda dengan di SD.
b) Bimbingan tentang hubungan muda-mudi, karena pada usia ini mereka mulai mengenal hubungan cinta kasih (Gibson dan Mitchell, 1981).
c) Pada usia ini mereka mulai membentuk kelompok sebaya, maka program bimbingan hendaknya juga menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan social.
d) Bimbingan yang berorientasi pada tugas-tugas perkembangan anak usia 12-15 tahun.
e) Bimbingan karier baik yang menyangkut pemahaman tentang dunia pendidikan atau pekerjaan.
d. Program Bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Program bimbingan di SLTA hendaknya berorientasi kepada:
a) Hubungan muda-mudi/hubungan social.
b) Pemberian informasi pendidikan dan jabatan.
c) Bimbingan cara belajar.
e. Program Bimbingan di Perguruan Tinggi
Efektivitas dan efisiensi program bimbingan dapat terwujud bila diarahkan kepada masalah-masalah sebagaimana digambarkan di atas. Oleh sebab itu, program bimbingan di perguruan tinggi hendaknya berorientasi kepada:
1) Bimbingan belajar di perguruan tinggi atau bimbingan yang bersifat akademik.
2) Hubungan social dan hubungan muda-mudi.
4. Tenaga Bimbingan di Sekolah Beserta Fungsi dan Peranannya.
Dalam kurikulum SMA 1975 Buku III C tentang Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan dikemukakan bahwa konselor di sekolah terdiri dari:
a) Kepala sekolah
b) Penyuluh Pendidikan (Konselor sekolah)
c) Guru Pembimbing/Wali Kelas
d) Guru/Pengajar
e) Petugas Administrasi
5. Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan tanggung jawab kepala sekolah. Program bimbingan di sekolah merupakan bagian yang terintegrasi dengan seluruh kegiatan pendidikan. Dalam kurikulum SMA tahun 1975 buku III C dinyatakan bahwa kepala sekolah berperan langsung sebagai koordinator bimbingan dan berwenang untuk menentukan garis kebijaksanaan bimbingan, sedangkan konselor merupakan pembantu kepala sekolah yang bertanggung jawab kepada kepala sekolah.
6. Mekanisme Implementasi Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Untuk melaksanakan program bimbingan dan konseling di sekolah, konselor beserta personel lainnya perlu memperhatikan komponen kegiatan sebagai berikut:
1. Komponen pemrosesan data
2. Komponen kegiatan pemberian informasi
3. Komponen kegiatan konseling
4. Komponen pelaksana
5. Komponen metode/alat
6. Komponen waktu kegiatan
7. Komponen sumber data
B. Peranan Guru dalam Pelaksanaan Bimbingan di Sekolah
Dalam layanan bimbingan, guru mempunyai beberapa tugas utama, sebagaimana dituangkan dalam kurikulum SMA 1975 tentang Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan.
1. Tugas Guru dalam Layanan Bimbingan di Kelas
Perilaku guru dapat mempengaruhi keberhasilan belajar, misalnya guru yang bersifat otoriter akan menimbulkan suasana tegang, hubungan guru siswa menjadi kaku, keterbukaan siswa untuk mengemukakan kesulitan-kesulitan sehubungan dengan pelajaran itu menjadi terbatas, dan sebagainya. Oleh Karena itu, guru harus dapat menerapkan fungsi bimbingan dalam kegiatan belajar mengajar. Sehubungan dengan itu, Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam proses belajar-mengajar sesuai dengan fungsinya sebagai guru dan pembimbing, yaitu:
a) Perlakuan terhadap siswa didasarkan atas keyakinan bahwa sebagai individu, siswa memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri.
b) Sikap yang positif dan wajar terhadap siswa.
c) Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati, menyenangkan.
d) Pemahaman siswa secara empatik.
e) Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu.
f) Penampilan diri secara asli (genuine) tidak berpura-pura, di depan siswa.
g) Kekonkretan dalam menyatakan diri.
h) Penerimaan siswa secara apa adanya.
i) Perlakuan terhadap siswa secara permissive.
j) Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dan membantu siswa untuk menyadari perasaannya itu.
k) Kesadaran bahwa tujuan mengajar bukan terbatas pada penguasaan siswa terhadap bahan pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan siswa menjadi individu yang lebih dewasa.
l) Penyesuaian diri terhadap keadaan yang khusus.
Abu Ahmadi (1977) mengemukakan peran guru sebagai pembiming dalam melaksanakan proses belajar-mengajar, sebagai berikut:
a) Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap siswa merasaaman, dan berkeyanikan bahwa kecakapan dan prestasi yang dicapainya mendapat penghargaan dan perhatian.
b) Mengusahakan agar siswa-siswa dapat memahami dirinya, kecakapan-kecakapan, sikap, minat, dan pembawaannya.
c) Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku social yang baik.
d) Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap siswa untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
e) Membantu memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat, kemampuan, dan minatnya.
2. Tugas Guru dalam Operasional Bimbingan di Luar Kelas
Tugas guru dalam layanan bimbingan tidak terbatas dalam kegiatan proses belajar-mengajar atau dalam kelas saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan bimbingan di luar kelas. Tugas-tugas bimbingan itu antara lain:
1. memberikan pengajaran perbaikan (remedial teaching).
2. memberikan pengayaan dan pengembangan bakat siswa.
3. melakukan kunjungan rumah (home visit).
4. menyelenggarakan kelompok belajar.
Beberapa contoh kegiatan tersebut memberikan bukti bahwa tugas guru dalam kegiatan bimbingan sangat penting. Kegiatan bimbingan tidak semata-mata tugas konselor saja. Tanpa peran serta guru, pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah tidak dapat terwujud secara optimal.
C. Kerja Sama Guru dengan Konselor dalam Layanan Bimbingan
Dalam kegiatan-kegiatan belajar-mengajar sangat diperlukan adanya kerja sama antara guru dengan konselor demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan tugas pook guru dalam proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bimbingan, sebaliknya layanan bimbingan di sekolah perlu dukungan atau bantuan guru.
Semburan Lumpur Lapindo Bukan Bencana Alam
NasionaLPress, Surabaya - Semburan lumpur Lapindo, diperkirakan akan berlangsung hingga 26 tahun ke depan. Dampak dari pengeboran yang dilakukan PT Lapindo Brantas di Sumur Banjar Panji 1 ini, juga berefek buruk pada lingkungan maupun kondisi lainnya.
Peneliti dari Durham University Inggris, Richard Davies mengatakan, lamanya waktu semburan lumpur Lapindo ini, adalah efek dari banyaknya volume lumpur yang terus dikeluarkan. Tugas terbesar yang harus dilakukan saat ini, adalah dengan tidak melihat kembali ke masa lalu, namun bagaimana caranya agar lumpur ini, tidak semakin membuat buruk kehidupan di kota Sidoarjo.
" Tugas kami saat ini bersama dengan ilmuwan lain di dunia. Adalah untuk melihat masa depan, dan bagaimana membuat perencanaan mengatasi lumpur Lapindo ini," ujar Davies, di sela acara Simposium in Indonesia Mud Volcano, di Surabaya, Kamis 26 mei 2011.
Lebih lanjut Davies mengaku tidak setuju dengan pendapat para ahli yang menyebutkan lumpur Lapindo diakibatkan oleh bencana alam. Menurutnya, semburan lumpur yang terjadi, murni akibat dari kesalahan drilling atau pengeboran yang dilakukan oleh PT Lapindo Brantas. Ia juga meminta kepada pemerintah Indonesia untuk mengkaji kembali rencana pengeboran di desa Kalidawir, kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo. Kajian itu diperlukan, agar tidak terjadi lagi hal yang sama, seperti saat pengeboran di Sumur Banjar Panji I. Apalagi, saat ini, masyarakat Sidoarjo dan sekitarnya, masih trauma dengan tragedi 5 tahun yang lalu.
Sementara itu, Max Rudolph dari Berkeley University, California, justru memprediksi semburan lumpur Lapindo, akan berlangsung hingga 80 tahun ke depan. Alasannya, tidak jauh berbeda dengan Davies, dimana tekanan dan volume lumpur yang terus fluktuatif menjadi penyebabnya.
Simposium di Surabaya ini, digelar oleh Humanitus Foundation. Organisasi nirlaba ini, menghadirkan 17 peneliti terkemuka dari Australia, Inggris, Rusia, Jepang, Amerika dan Indonesia, untuk merumuskan cara bagaimana penanganan lumpur Lapindo, pasca 5 tahun semburan, di tanggal 29 Mei 2006 lalu.
Sumber : Y.Guntur.W
Peneliti dari Durham University Inggris, Richard Davies mengatakan, lamanya waktu semburan lumpur Lapindo ini, adalah efek dari banyaknya volume lumpur yang terus dikeluarkan. Tugas terbesar yang harus dilakukan saat ini, adalah dengan tidak melihat kembali ke masa lalu, namun bagaimana caranya agar lumpur ini, tidak semakin membuat buruk kehidupan di kota Sidoarjo.
" Tugas kami saat ini bersama dengan ilmuwan lain di dunia. Adalah untuk melihat masa depan, dan bagaimana membuat perencanaan mengatasi lumpur Lapindo ini," ujar Davies, di sela acara Simposium in Indonesia Mud Volcano, di Surabaya, Kamis 26 mei 2011.
Lebih lanjut Davies mengaku tidak setuju dengan pendapat para ahli yang menyebutkan lumpur Lapindo diakibatkan oleh bencana alam. Menurutnya, semburan lumpur yang terjadi, murni akibat dari kesalahan drilling atau pengeboran yang dilakukan oleh PT Lapindo Brantas. Ia juga meminta kepada pemerintah Indonesia untuk mengkaji kembali rencana pengeboran di desa Kalidawir, kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo. Kajian itu diperlukan, agar tidak terjadi lagi hal yang sama, seperti saat pengeboran di Sumur Banjar Panji I. Apalagi, saat ini, masyarakat Sidoarjo dan sekitarnya, masih trauma dengan tragedi 5 tahun yang lalu.
Sementara itu, Max Rudolph dari Berkeley University, California, justru memprediksi semburan lumpur Lapindo, akan berlangsung hingga 80 tahun ke depan. Alasannya, tidak jauh berbeda dengan Davies, dimana tekanan dan volume lumpur yang terus fluktuatif menjadi penyebabnya.
Simposium di Surabaya ini, digelar oleh Humanitus Foundation. Organisasi nirlaba ini, menghadirkan 17 peneliti terkemuka dari Australia, Inggris, Rusia, Jepang, Amerika dan Indonesia, untuk merumuskan cara bagaimana penanganan lumpur Lapindo, pasca 5 tahun semburan, di tanggal 29 Mei 2006 lalu.
Sumber : Y.Guntur.W
Senin, 13 Juni 2011
Dampak Kekerasan pada anak
Moore (dalam Nataliani, 2004) menyebutkan bahwa efek tindakan dari korban penganiayaan fisik dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori. Ada anak yang menjadi negatif dan agresif serta mudah frustasi; ada yang menjadi sangat pasif dan apatis; ada yang tidak mempunyai kepibadian sendiri; ada yang sulit menjalin relasi dengan individu lain dan ada pula yang timbul rasa benci yang luar biasa terhadap dirinya sendiri. Selain itu Moore juga menemukan adanya kerusakan fisik, seperti perkembangan tubuh kurang normal juga rusaknya sistem syaraf.
Anak-anak korban kekerasan umumnya menjadi sakit hati, dendam, dan menampilkan perilaku menyimpang di kemudian hari. Bahkan, Komnas PA (dalam Nataliani, 2004) mencatat, seorang anak yang berumur 9 tahun yang menjadi korban kekerasan, memiliki keinginan untuk membunuh ibunya.
Berikut ini adalah dampak-dampak yang ditimbulkan kekerasan terhadap anak (child abuse) , antara lain; 1) Dampak kekerasan fisik, anak yang mendapat perlakuan kejam dari orang tuanya akan menjadi sangat agresif, dan setelah menjadi orang tua akan berlaku kejam kepada anak-anaknya. Orang tua agresif melahirkan anak-anak yang agresif, yang pada gilirannya akan menjadi orang dewasa yang menjadi agresif. Lawson (dalam Sitohang, 2004) menggambarkan bahwa semua jenis gangguan mental ada hubungannya dengan perlakuan buruk yang diterima manusia ketika dia masih kecil. Kekerasan fisik yang berlangsung berulang-ulang dalam jangka waktu lama akan menimbulkan cedera serius terhadap anak, meninggalkan bekas luka secara fisik hingga menyebabkan korban meninggal dunia; 2) Dampak kekerasan psikis. Unicef (1986) mengemukakan, anak yang sering dimarahi orang tuanya, apalagi diikuti dengan penyiksaan, cenderung meniru perilaku buruk (coping mechanism) seperti bulimia nervosa (memuntahkan makanan kembali), penyimpangan pola makan, anorexia (takut gemuk), kecanduan alkohol dan obat-obatan, dan memiliki dorongan bunuh diri. Menurut Nadia (1991), kekerasan psikologis sukar diidentifikasi atau didiagnosa karena tidak meninggalkan bekas yang nyata seperti penyiksaan fisik. Jenis kekerasan ini meninggalkan bekas yang tersembunyi yang termanifestasikan dalam beberapa bentuk, seperti kurangnya rasa percaya diri, kesulitan membina persahabatan, perilaku merusak, menarik diri dari lingkungan, penyalahgunaan obat dan alkohol, ataupun kecenderungan bunuh diri; 3) Dampak kekerasan seksual. Menurut Mulyadi (Sinar Harapan, 2003) diantara korban yang masih merasa dendam terhadap pelaku, takut menikah, merasa rendah diri, dan trauma akibat eksploitasi seksual, meski kini mereka sudah dewasa atau bahkan sudah menikah. Bahkan eksploitasi seksual yang dialami semasa masih anak-anak banyak ditengarai sebagai penyebab keterlibatan dalam prostitusi. Jika kekerasan seksual terjadi pada anak yang masih kecil pengaruh buruk yang ditimbulkan antara lain dari yang biasanya tidak mengompol jadi mengompol, mudah merasa takut, perubahan pola tidur, kecemasan tidak beralasan, atau bahkan simtom fisik seperti sakit perut atau adanya masalah kulit, dll (dalam Nadia, 1991); 4) Dampak penelantaran anak. Pengaruh yang paling terlihat jika anak mengalami hal ini adalah kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua terhadap anak, Hurlock (1990) mengatakan jika anak kurang kasih sayang dari orang tua menyebabkan berkembangnya perasaan tidak aman, gagal mengembangkan perilaku akrab, dan selanjutnya akan mengalami masalah penyesuaian diri pada masa yang akan datang.
Dampak yang lainnya (dalam Sitohang, 2004) adalah kelalaian dalam mendapatkan pengobatan menyebabkan kegagalan dalam merawat anak dengan baik. Kelalaian dalam pendidikan, meliputi kegagalan dalam mendidik anak mampu berinteraksi dengan lingkungannya gagal menyekolahkan atau menyuruh anak mencari nafkah untuk keluarga sehingga anak terpaksa putus sekolah.
Berdasarkan uraian diatas dampak dari kekerasan terhadap anak antara lain; 1) Kerusakan fisik atau luka fisik; 2) Anak akan menjadi individu yang kukrang percaya diri, pendendam dan agresif: 3) Memiliki perilaku menyimpang, seperti, menarik diri dari lingkungan, penyalahgunaan obat dan alkohol, sampai dengan kecenderungan bunuh diri; 4) Jika anak mengalami kekerasan seksual maka akan menimbulkan trauma mendalam pada anak, takut menikah, merasa rendah diri, dll; 5) Pendidikan anak yang terabaikan.
Sumber : Psikologi anak By Admin Blog
Anak-anak korban kekerasan umumnya menjadi sakit hati, dendam, dan menampilkan perilaku menyimpang di kemudian hari. Bahkan, Komnas PA (dalam Nataliani, 2004) mencatat, seorang anak yang berumur 9 tahun yang menjadi korban kekerasan, memiliki keinginan untuk membunuh ibunya.
Berikut ini adalah dampak-dampak yang ditimbulkan kekerasan terhadap anak (child abuse) , antara lain; 1) Dampak kekerasan fisik, anak yang mendapat perlakuan kejam dari orang tuanya akan menjadi sangat agresif, dan setelah menjadi orang tua akan berlaku kejam kepada anak-anaknya. Orang tua agresif melahirkan anak-anak yang agresif, yang pada gilirannya akan menjadi orang dewasa yang menjadi agresif. Lawson (dalam Sitohang, 2004) menggambarkan bahwa semua jenis gangguan mental ada hubungannya dengan perlakuan buruk yang diterima manusia ketika dia masih kecil. Kekerasan fisik yang berlangsung berulang-ulang dalam jangka waktu lama akan menimbulkan cedera serius terhadap anak, meninggalkan bekas luka secara fisik hingga menyebabkan korban meninggal dunia; 2) Dampak kekerasan psikis. Unicef (1986) mengemukakan, anak yang sering dimarahi orang tuanya, apalagi diikuti dengan penyiksaan, cenderung meniru perilaku buruk (coping mechanism) seperti bulimia nervosa (memuntahkan makanan kembali), penyimpangan pola makan, anorexia (takut gemuk), kecanduan alkohol dan obat-obatan, dan memiliki dorongan bunuh diri. Menurut Nadia (1991), kekerasan psikologis sukar diidentifikasi atau didiagnosa karena tidak meninggalkan bekas yang nyata seperti penyiksaan fisik. Jenis kekerasan ini meninggalkan bekas yang tersembunyi yang termanifestasikan dalam beberapa bentuk, seperti kurangnya rasa percaya diri, kesulitan membina persahabatan, perilaku merusak, menarik diri dari lingkungan, penyalahgunaan obat dan alkohol, ataupun kecenderungan bunuh diri; 3) Dampak kekerasan seksual. Menurut Mulyadi (Sinar Harapan, 2003) diantara korban yang masih merasa dendam terhadap pelaku, takut menikah, merasa rendah diri, dan trauma akibat eksploitasi seksual, meski kini mereka sudah dewasa atau bahkan sudah menikah. Bahkan eksploitasi seksual yang dialami semasa masih anak-anak banyak ditengarai sebagai penyebab keterlibatan dalam prostitusi. Jika kekerasan seksual terjadi pada anak yang masih kecil pengaruh buruk yang ditimbulkan antara lain dari yang biasanya tidak mengompol jadi mengompol, mudah merasa takut, perubahan pola tidur, kecemasan tidak beralasan, atau bahkan simtom fisik seperti sakit perut atau adanya masalah kulit, dll (dalam Nadia, 1991); 4) Dampak penelantaran anak. Pengaruh yang paling terlihat jika anak mengalami hal ini adalah kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua terhadap anak, Hurlock (1990) mengatakan jika anak kurang kasih sayang dari orang tua menyebabkan berkembangnya perasaan tidak aman, gagal mengembangkan perilaku akrab, dan selanjutnya akan mengalami masalah penyesuaian diri pada masa yang akan datang.
Dampak yang lainnya (dalam Sitohang, 2004) adalah kelalaian dalam mendapatkan pengobatan menyebabkan kegagalan dalam merawat anak dengan baik. Kelalaian dalam pendidikan, meliputi kegagalan dalam mendidik anak mampu berinteraksi dengan lingkungannya gagal menyekolahkan atau menyuruh anak mencari nafkah untuk keluarga sehingga anak terpaksa putus sekolah.
Berdasarkan uraian diatas dampak dari kekerasan terhadap anak antara lain; 1) Kerusakan fisik atau luka fisik; 2) Anak akan menjadi individu yang kukrang percaya diri, pendendam dan agresif: 3) Memiliki perilaku menyimpang, seperti, menarik diri dari lingkungan, penyalahgunaan obat dan alkohol, sampai dengan kecenderungan bunuh diri; 4) Jika anak mengalami kekerasan seksual maka akan menimbulkan trauma mendalam pada anak, takut menikah, merasa rendah diri, dll; 5) Pendidikan anak yang terabaikan.
Sumber : Psikologi anak By Admin Blog
Layanan Konseling Kelompok
A. PENGERTIAN
Pelayanan konseling dan bimbingan kelompok sama-sama menggunakan format kelompok.
Bimbingan kelompok adalah salah satu kegiatan layanan yang paling banyak dipakai karena lebih efektif. Banyak orang yang mendapatkan layanan sekaligus dalam satu waktu. Layanan ini juga sesuai dengan teori belajar karena mengandung aspek social yaitu belajar bersama. Peserta layanan akan berbagi ide dan saling mempengaruhi untuk berkembang menjadi manusia seutuhnya.
150 orang menjadi 12 kelompok layanan yang hendaknya dilaksanakan oleh konselor sekolah.
Layanan Konseling kelompok ada 2 macam yaitu konseling dan bimingan kelompok. Yang sangat menentukan keefektifan layanan kelompok adalah suasana kelompok yang:
1. Interaksi yang dinamis
2. Keterikatan emosional
3. Penerimaan
4. Altruistik, mengutamakan kepedulian terhadap orang lain
5. Intelektual (rasional, cerdas dan kreatif). Menambah ilmu dan wawasan individu serta dapat menumbuhkan ide-ide cmerlang.
6. Katarsis (mengemukakan uneg-unegnya, idenya dan gagasannya). Menyatakan emosinya yang lebih mengarah pada pengungkapan pmasalah yang dipendam.
7. Empati (suasana yang saling memahami tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan sehingga dapat menyesuaikan sikapnya dengan tepat).
Hal ini diciptakan melalui pentahapan dan kemampuan pemimpin kelompok.
Perbedaan antara Bimbingan dan Konseling Kelompok umumnya adalah ada pada masalah yang dibahas. Masalah Bimbingan kelompok biasanya membahas masalah-masalah umum bagi peserta layanan. Jika suasana kelompok belum tercipta maka sulit bagi peserta layanan untuk mengungkapkan masalah pribadinya sehingga konseling kelompok agak sulit pelaksanaannya dibanding Bimbingan kelompok. Dari itu, Bimbingan kelompok sangat menentukan pelaksanaan konseling kelompok.
Pelaksanaan layanan dapat dilaksanakan dimana saja asal tidak mengganggu proses layanan dimana dinamika kelompok berlagsung maksimal dalam mencapai tujuan
B. TUJUAN
Umum: mengembangkan kepribadian siswa dimana berkembang kemampuan sosialisasinya, komunikasinya, kepercayaan diri, keperibadian, dan mampu memecahkan masalah yang berlandaskan nilai ilmu dan agama.
Khusus:
1. Membahas topic yang mengandung masalah actual, hangat dan menarik perhatian anggota kelompok.
2. Konseling kelompok membahas masalah pribadi individu
C. KOMPONEN
1. Konselor: sebagai pemimpin kelompok dengan kemampuan
· Menciptakan suasana kelompok sehingga terciptanya dinamika kelompok
· Berwawasan luas (ilmiah dan moral).
· Mampu membina hubungan antarpersonal yang hangat, damai, berbagi, empatik, altruistik, jauh dari kesukaaan untuk membuat kelompok.
Peranan PK:
· Membentuk kelompok
· Melakukan penstrukturan
· Mengembangkan dinamika kelompk
· Mengevaluasi proses dan hasil belajar
Jumlah kelompok: 8-10 orang dengan memperhatikan homogenitas dan heterogenitas kemampuan anggota kelompok. Kemampuan dengan perbandingan 2:1 antara yang pintar atau kurang pintar. Dari segi jenis pria atau wanita yaitu 1:1.
Peran anggota kelompok:
1. Aktif, mandiri melaui aktivitas langsung melalui sikap 3M (mendengar dengan aktif, memahami dengan positif dan merespon dengan tepat), sikap seperti seorang konselor.
2. Berbagi pendapat, ide dan pengalaman
3. Empati
4. Menganalisa
5. Aktif membina keakraban, membina keikatan emosional
6. Mematuhi etika kelompok
7. Menjaga kerahasiaan, perasaan dan membantu serta
8. Membina kelompok untuk untuk menyukseskan kegiatan kelompok.
D. ASAS
Dalam Bimbingan kelompok, asas yang dipakai:
1. Kesukarelaan
Tidak ada pemaksaan dalam mengemukakan pendapat.
2. Keterbukaan
Adalah keterusterangan dalam memberikan pendapat.
3. Kegiatan
Partisipasi semua anggota kelompok dalam mengemukakan pendapat sehingga cepat tercapainya tujuan Bimbingan kelompok.
4. Kenormatifan
Aturan dalam menyampaikan ide dan gagasan hendaknya dengan baik, benar, gaya bahasa yang menyenangkan, tidak menyalahkan anggota kelompok.
5. Kerahasiaan : ini terakhir karena topic (pokok bahasan) bersifat umum.
Dalam konseling kelompok, asas yang dipakai :
1. Kerahasiaan
Karena membahas masalah pribadi anggota (masalah yang dirasakan tidak menyenangkan, mengganggu perasaan, kemauan dan aktifitas kesehariannya).
2. Kesukarelaan
3. Keterbukaan
Semua anggota kelompok adalah konselor terhadap anggota yang dibahas masalahnya.
4. Kegiatan
5. Kenormatifan
Pembentukan kelompok untuk satu kelas:
1. Sederhana
Dengan menghitung dalam satu kelas.
2. Lebih rasional
· Siswa dibagi dalam kelompok dengan criteria tertentu seperti: hasil AUM PTSDL atau UMUM, tes, jenis kelamin, hasil sosiometri.
Hal yang dipertimbangkan pembentukan kelompok :
1. Homogenitas secara relative (ex: kesamaan jauh dekat tempat tinggal).
Hal yang perlu diperhatikan: jika ingin Kelompok yang sama: maka didahulukan dengan Bimbingan kelompok lalu dilanjutkan dengan konseling kelompok.
Pemimpin kelompok yang sama akan menjadikan kelompok lebih dinamis, efektif, efisien
2. Heterogenitas (ex: perbedaan sosio-ekonomi)
Perbedaan:
3. Sumber pertimbangan: himpunan data dan hasil instrumentasi.
4. Penempatan dalam kelompok: berupa penugasan, penetapan secara acak dan pilihan individu/anggota.
Jenis anggota kelompok: ada Kelompok tertutup yaitu anggota tetap dan tidak berubah jumlah anggota dan Kelompok terbuka yaitu anggota bergantian dan tidak menetapkan.
Pengertian adalah sejumlah orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. BKp agar Pemahaman dan informasi baru
KKp agar Pengentasan masalah pribadi anggota kelompok
Tahap-tahap Bimbingan kelompok :
A. PEMBENTUKAN
Anggota Kelompok hendaknya:
1. Mengetahui tujuan dibentuknya kelompok.
2.
B. PERALIHAN: untuk meninjau pemahaman anggota kelompok terhadap apa yang akan dilaksanakannya seperti masih ragu-ragu untuk mengikuti layanan konseling kelompok. Lihat suasana dan situasi anggota keloompok.
C. KEGIATAN
Pelaksanaan
D. PENGAKHIRAN : mengecek apa yang telah dicapai anggota kelompok (evaluasi). Penyampaian kesan dan pesan serta menanyakan kapan akan dilaksanakan layanan Konseling kelompok kembali.
Isi layanan:
Bimbingan kelompok: Tugas (membahas tentang topik yang duberikan oleh PK) ex: pembahasan tentang situs porno. Hal yang dipertimbangkan adalah kemampuan dan tingkat perkembangan anggota kelompok. Dan bebas (topic diberikan oleh anggota kelompok untuk dibahas dalam kelompok) ini adalah kesempatan yang disediakan oleh konselor kepada anggota kelompok untuk menyampaikan pendapatnya.
Dalam konseling kelompok adalah membahas masalah individu. Setiap anggota menyampaikan permasalahannya, namun tidak harus semua anggota kelompok. Jika telah terkemukakan masalah, maka perlu dibahas dan dimusyawarahkan masalah siapa yang terlebih dahulu masalahnya dibahas.
Teknik
UMUM:
1. Bagaimana menciptakan dinamika kelompok melalui komunikasi yang terarah, dinamis dan menyeluruh pada semua anggota kelompok (komunikasi multiarah) yang efektif, terkendali.
2. Pemberian rangsangan agar anggota berinisiatif mengemukakan pendapat untuk berdiskusi.
3. Dorongan minimal agar anggota kelompok terus beraktivitas
4. Penjelasan lebih mendalam tentang pendapat yang dikemukakan.
5. Pelatihan terhadap tingkah laku baru bagi anggota kelompok.
Kegiatan selingan: permainan-permainan yang fungsinya: selingan, pembinaan, mengintrospeksi diri.
Jika permasalahan individu belum terpecahkan dalam kegiatan konseling kelompok maka bisa diteruskan dengan pelayanan konseling individual. Seorang PK tidak perlu tergesa-gesa dalam menyelesaikan masalah yang ada, karena masalah hendaknya didalami dengan baik, mencari waktu selain waktu belajar. Penilaian terhadap sasaran layanan hendaknya jelas apa yang ingin dinilai, sehingga bisa menentukan instrumentasi evaluasi yang akan dipakai. Seorang konselor menilai dengan assesmen berupa komentar dengan nilai normatif seperti A, B, C atau Baik, Cukup, Kurang.
Sumber: Ifdil
Konselor hendaknya mampu mengembangkan kepribadian
Pelayanan konseling dan bimbingan kelompok sama-sama menggunakan format kelompok.
Bimbingan kelompok adalah salah satu kegiatan layanan yang paling banyak dipakai karena lebih efektif. Banyak orang yang mendapatkan layanan sekaligus dalam satu waktu. Layanan ini juga sesuai dengan teori belajar karena mengandung aspek social yaitu belajar bersama. Peserta layanan akan berbagi ide dan saling mempengaruhi untuk berkembang menjadi manusia seutuhnya.
150 orang menjadi 12 kelompok layanan yang hendaknya dilaksanakan oleh konselor sekolah.
Layanan Konseling kelompok ada 2 macam yaitu konseling dan bimingan kelompok. Yang sangat menentukan keefektifan layanan kelompok adalah suasana kelompok yang:
1. Interaksi yang dinamis
2. Keterikatan emosional
3. Penerimaan
4. Altruistik, mengutamakan kepedulian terhadap orang lain
5. Intelektual (rasional, cerdas dan kreatif). Menambah ilmu dan wawasan individu serta dapat menumbuhkan ide-ide cmerlang.
6. Katarsis (mengemukakan uneg-unegnya, idenya dan gagasannya). Menyatakan emosinya yang lebih mengarah pada pengungkapan pmasalah yang dipendam.
7. Empati (suasana yang saling memahami tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan sehingga dapat menyesuaikan sikapnya dengan tepat).
Hal ini diciptakan melalui pentahapan dan kemampuan pemimpin kelompok.
Perbedaan antara Bimbingan dan Konseling Kelompok umumnya adalah ada pada masalah yang dibahas. Masalah Bimbingan kelompok biasanya membahas masalah-masalah umum bagi peserta layanan. Jika suasana kelompok belum tercipta maka sulit bagi peserta layanan untuk mengungkapkan masalah pribadinya sehingga konseling kelompok agak sulit pelaksanaannya dibanding Bimbingan kelompok. Dari itu, Bimbingan kelompok sangat menentukan pelaksanaan konseling kelompok.
Pelaksanaan layanan dapat dilaksanakan dimana saja asal tidak mengganggu proses layanan dimana dinamika kelompok berlagsung maksimal dalam mencapai tujuan
B. TUJUAN
Umum: mengembangkan kepribadian siswa dimana berkembang kemampuan sosialisasinya, komunikasinya, kepercayaan diri, keperibadian, dan mampu memecahkan masalah yang berlandaskan nilai ilmu dan agama.
Khusus:
1. Membahas topic yang mengandung masalah actual, hangat dan menarik perhatian anggota kelompok.
2. Konseling kelompok membahas masalah pribadi individu
C. KOMPONEN
1. Konselor: sebagai pemimpin kelompok dengan kemampuan
· Menciptakan suasana kelompok sehingga terciptanya dinamika kelompok
· Berwawasan luas (ilmiah dan moral).
· Mampu membina hubungan antarpersonal yang hangat, damai, berbagi, empatik, altruistik, jauh dari kesukaaan untuk membuat kelompok.
Peranan PK:
· Membentuk kelompok
· Melakukan penstrukturan
· Mengembangkan dinamika kelompk
· Mengevaluasi proses dan hasil belajar
Jumlah kelompok: 8-10 orang dengan memperhatikan homogenitas dan heterogenitas kemampuan anggota kelompok. Kemampuan dengan perbandingan 2:1 antara yang pintar atau kurang pintar. Dari segi jenis pria atau wanita yaitu 1:1.
Peran anggota kelompok:
1. Aktif, mandiri melaui aktivitas langsung melalui sikap 3M (mendengar dengan aktif, memahami dengan positif dan merespon dengan tepat), sikap seperti seorang konselor.
2. Berbagi pendapat, ide dan pengalaman
3. Empati
4. Menganalisa
5. Aktif membina keakraban, membina keikatan emosional
6. Mematuhi etika kelompok
7. Menjaga kerahasiaan, perasaan dan membantu serta
8. Membina kelompok untuk untuk menyukseskan kegiatan kelompok.
D. ASAS
Dalam Bimbingan kelompok, asas yang dipakai:
1. Kesukarelaan
Tidak ada pemaksaan dalam mengemukakan pendapat.
2. Keterbukaan
Adalah keterusterangan dalam memberikan pendapat.
3. Kegiatan
Partisipasi semua anggota kelompok dalam mengemukakan pendapat sehingga cepat tercapainya tujuan Bimbingan kelompok.
4. Kenormatifan
Aturan dalam menyampaikan ide dan gagasan hendaknya dengan baik, benar, gaya bahasa yang menyenangkan, tidak menyalahkan anggota kelompok.
5. Kerahasiaan : ini terakhir karena topic (pokok bahasan) bersifat umum.
Dalam konseling kelompok, asas yang dipakai :
1. Kerahasiaan
Karena membahas masalah pribadi anggota (masalah yang dirasakan tidak menyenangkan, mengganggu perasaan, kemauan dan aktifitas kesehariannya).
2. Kesukarelaan
3. Keterbukaan
Semua anggota kelompok adalah konselor terhadap anggota yang dibahas masalahnya.
4. Kegiatan
5. Kenormatifan
Pembentukan kelompok untuk satu kelas:
1. Sederhana
Dengan menghitung dalam satu kelas.
2. Lebih rasional
· Siswa dibagi dalam kelompok dengan criteria tertentu seperti: hasil AUM PTSDL atau UMUM, tes, jenis kelamin, hasil sosiometri.
Hal yang dipertimbangkan pembentukan kelompok :
1. Homogenitas secara relative (ex: kesamaan jauh dekat tempat tinggal).
Hal yang perlu diperhatikan: jika ingin Kelompok yang sama: maka didahulukan dengan Bimbingan kelompok lalu dilanjutkan dengan konseling kelompok.
Pemimpin kelompok yang sama akan menjadikan kelompok lebih dinamis, efektif, efisien
2. Heterogenitas (ex: perbedaan sosio-ekonomi)
Perbedaan:
3. Sumber pertimbangan: himpunan data dan hasil instrumentasi.
4. Penempatan dalam kelompok: berupa penugasan, penetapan secara acak dan pilihan individu/anggota.
Jenis anggota kelompok: ada Kelompok tertutup yaitu anggota tetap dan tidak berubah jumlah anggota dan Kelompok terbuka yaitu anggota bergantian dan tidak menetapkan.
Pengertian adalah sejumlah orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. BKp agar Pemahaman dan informasi baru
KKp agar Pengentasan masalah pribadi anggota kelompok
Tahap-tahap Bimbingan kelompok :
A. PEMBENTUKAN
Anggota Kelompok hendaknya:
1. Mengetahui tujuan dibentuknya kelompok.
2.
B. PERALIHAN: untuk meninjau pemahaman anggota kelompok terhadap apa yang akan dilaksanakannya seperti masih ragu-ragu untuk mengikuti layanan konseling kelompok. Lihat suasana dan situasi anggota keloompok.
C. KEGIATAN
Pelaksanaan
D. PENGAKHIRAN : mengecek apa yang telah dicapai anggota kelompok (evaluasi). Penyampaian kesan dan pesan serta menanyakan kapan akan dilaksanakan layanan Konseling kelompok kembali.
Isi layanan:
Bimbingan kelompok: Tugas (membahas tentang topik yang duberikan oleh PK) ex: pembahasan tentang situs porno. Hal yang dipertimbangkan adalah kemampuan dan tingkat perkembangan anggota kelompok. Dan bebas (topic diberikan oleh anggota kelompok untuk dibahas dalam kelompok) ini adalah kesempatan yang disediakan oleh konselor kepada anggota kelompok untuk menyampaikan pendapatnya.
Dalam konseling kelompok adalah membahas masalah individu. Setiap anggota menyampaikan permasalahannya, namun tidak harus semua anggota kelompok. Jika telah terkemukakan masalah, maka perlu dibahas dan dimusyawarahkan masalah siapa yang terlebih dahulu masalahnya dibahas.
Teknik
UMUM:
1. Bagaimana menciptakan dinamika kelompok melalui komunikasi yang terarah, dinamis dan menyeluruh pada semua anggota kelompok (komunikasi multiarah) yang efektif, terkendali.
2. Pemberian rangsangan agar anggota berinisiatif mengemukakan pendapat untuk berdiskusi.
3. Dorongan minimal agar anggota kelompok terus beraktivitas
4. Penjelasan lebih mendalam tentang pendapat yang dikemukakan.
5. Pelatihan terhadap tingkah laku baru bagi anggota kelompok.
Kegiatan selingan: permainan-permainan yang fungsinya: selingan, pembinaan, mengintrospeksi diri.
Jika permasalahan individu belum terpecahkan dalam kegiatan konseling kelompok maka bisa diteruskan dengan pelayanan konseling individual. Seorang PK tidak perlu tergesa-gesa dalam menyelesaikan masalah yang ada, karena masalah hendaknya didalami dengan baik, mencari waktu selain waktu belajar. Penilaian terhadap sasaran layanan hendaknya jelas apa yang ingin dinilai, sehingga bisa menentukan instrumentasi evaluasi yang akan dipakai. Seorang konselor menilai dengan assesmen berupa komentar dengan nilai normatif seperti A, B, C atau Baik, Cukup, Kurang.
Sumber: Ifdil
Konselor hendaknya mampu mengembangkan kepribadian
Langganan:
Komentar (Atom)